Client Education.
Jangan Lakukan Ini Pada Kasus Retensi
Plasenta
Pada kesempatan kali ini
kita akan bahas retensi plasenta pada sapi dan hal yang sering terjadi di
lapangan terkait perlakuan peternak pada kasus retensi pasenta ini. Retensi
plasenta merupakan salah satu gangguan reproduksi setelah melahirkan yang
paling sering dikeluhkan oleh peternak. Retensi
plasenta adalah gangguan komplek yang ditandai dengan kegagalan pelepasan
membrane fetus pada stadium membran fetus.
Gejala yang terlihat
pada kasus retensio sekundinae adalah adanya plasenta yang menggantung diluar
alat kelamin (Hardjopranjoto, 1995). Menurut Toelihere ,(1985) kontraksi
serviks akan terhambat jika plasenta berada didalam serviks. Sekitar 75 sampai
80% sapi dengan retensio sekundinae tidak menunjukkan gejala sakit dan sekitar
20 sampai 25% memperlihatkan gejala-gejala metritis seperti anoreksia, depresi,
suhu badan tinggi, Pulsus meningkat dan berat badan turun (Toelihere, 1985).
Gambar 1. Retensi Plasenta Pada Sapi Bali
Pada kasus retensi plasenta ada beberapa hal sering
dilakukan oleh peternak dan ini akan berakibat fatal bagi kinerja organ
reproduksi, antara lain:
1. Memberikan beban pada plasenta yang
menggantung.
Peternak biasa
meberikan beban seperti kayu, batu bata daln lain sebagainya pada plasenta yang
menggantung, dengan harapan agar palsenta cepat bisa terlepas. Perlakuan ini tidak dibenarkan sama sekali
dikarenakan akan berakibat fatal seperti menggangu proses fisiologi reproduksi.
Menurut Manan, ( 2002 ). Secara fisiologi selaput fetus dikeluarkan dalam
waktu 3-5 jam postpartus, apabila plasenta menetap lebih lama dari 8-12
jam sehingga disebut retensio sekundinae (retensi plasenta).
Komplikasi berikutnya
adalah sebagai jalan masukknya mikroorganisme kedalam saluran reproduksi , ini
bisa mengakibatkan infeksi rahim post partum / infeksi rahim setelah
melahirkan, seperti endometritis klinis atau pyometra.
2. Melakukan penarikan plasenta oleh
peternak
Pada kasus ini peternak
melakukan penarikan plasenta sendiri , hal ini sangat tidak dibenarkan. Penarikan
plasenta yang dilakukan oleh orang yang tidak memiliki kompetensi dibidangnya,
akan mengakibatkan kesalahan fatal dan menyebabkan infeksi pada rahim sapi dan
hal ini tentunya akan mengakibatkan
menurunnya kinarja reproduksi ternak. Menurunnya kinerja reproduksi ternak diantaranya
seperti, lamanya estrus atau birahi
kembali setelah sapi melahirkan.
Gambar 2. Penarikan plasenta oleh peternak.
Retensi palsenta pada ternak harus mendapatkan penanganan dengan baik, pada kasus retensi plasenta , peternak dapat menempatkan ternak di kandang yang bersih dan sedapatmungkin mengurangi kontaminasi dengan feses atau kotoran di kandang, apabila plasenta atau ari-ari tidak keluar setelah 12 jam melahirkan segera menghubungi Dokter Hewan atau Petugas kesehatan hewan untuk mendapatkan penanganan terbaik. Hanafi, (2011) mengatakan Pada kasus tanpa komplikasi, angka kematian sangat sedikit dan tidak melebihi 1-2%. Apabila ditangani dengan baik dan cepat, maka kesuburan sapi yang bersangkutan tidak terganggu. Pada kasus retensi lainnya kerugian peternak bersifat ekonomis karena produksi susu yang menurun
Pencegahan
Retensi Plasenta.
Pencegahan retensi palsenta yang dapat dilakukan skala peternak seperti, memberikan asupan nutrisi pakan ternak yang seimbang. Hijauan pakan ternak 10% dari berat badan, kosentrat 1 % dari berat badan. Peternak harus memberikan vitamin dan mineral (seperti premiks dan sebagainya) yang dicampurkann kedalam kosentrat setiap harinya. Menurut Erb (1985) untuk mencegah retensio sekundinae dapat dilakukan dengan mencukupi energi, protein, Se, Vitamin D dan E dalam pakan.
Daftar Pustaka
Erb HN. 1985. Reproductive Disorders. Journal of Dairy Science.
Hanafi. 2011. An
Overview on Placental Retention in Farm Animals. Depatement of Animal
Reproduction and A.I. Veterinary Devision, National Research Center, Cairo.
Manan D. 2002. Ilmu Kebidanan pada Ternak. Banda Aceh. Universitas Syiah Kuala
Press.
Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Surabaya. Airlangga University Press.
Toelihere MR. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Bandung. Angkasa press
Penulis
Drh.
Khairul Rizal
Medik Veteriner
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Siak, Riau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar