Rabu, 03 Maret 2021

CLP Pada Sapi dan Penanggulangannya

CORPUS LUTEUM PERSISTEN PERSISTEN SAPI.



Setelah sapi melahirkan, sapi akan mengalami involusi uterus. Involusi uterus ini merupakan proses kembalinya uterus ke posisi semula, baik dari ukuran, maupun secara fisiologisnya. Involusi uterus pada sapi berlangsung 25-36 hari, Selama masala involusi uteri ini biasa sapi tidak mengalami birahi atau estrus, atau yang dikenal dengan anestrus post partum dan ini merupakan suatu kondisi yang normal 

Corpus Lutein persisten dapat terjadi pada waktu setelah sapi melahirkan . Hal ini terjadi dikarenakan involusi uterus yang diperlambat, biasa pada sapi perah yang mempunya produksi susu tinggi. Pada sapi perah dengan produksi susu tinggi,kadar hormon LTH (luteotropik hormone) yang tinggi akan menghambat lisisnya Corpus luteum graviditatum. Pada sapi perah bisa berlangsung CLP 30-90 hari. Pada kondisi ini akan merugikan Peternak dari segi calving Interval yang diperpanjang dan bunting kembali sapi pasca melahirkan.

Gejala klinis 

Sapi yang mengalami CLP gejala utamanya adalah anestrus /sapi tidak birahi dalam jangka waktu lama. Bila CLP terjadi pada sapi setelah Melahirkan sapi tidak mengalami estrus lebih dari 90 hari pasca partus. Pada sapi yang mengalami kematian Embrio, siklus birahi sapi diperpanjang 90-120 hari.  

Dianogsa.

Peneguhan dianogsa kasus CLP dapat dilakukan dengan palpasi dan eksplorasi Perektal dan USG.

Penanganan.

Peternak yang mengetahui sapi tidak mengalami estrus dalam jangka waktu yang lama, disarankan segera  menghubungi dokter hewan untuk pengobatan lanjutan. Peternak harus memberikan nutrisi yang cukup, vitamin dan mineral/ premiks diberikan setiap hari dalam pakan. 

Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan Peternak agar sapi tidak mengalami CLP antara lain :

1.  Sapi yang baru melahirkan maksimal 24 jam setelah melahirkan harus mendapatkan treatment /terapi post partum. Treatment dilakukan oleh dokter hewan/ petugas kesehatan hewan setempat. Hal ini diperlukan untuk mencegah terjadinya infeksi rahim setelah melahirkan.

2. Nutrisi seimbang 

Peternak harus memberikan nutrisi Nyang baik untuk ternaknya. Hijauan diberikan 10 % dari berat badan, konsentrat 1-2 % dari berat badan. Peternak memberikan mineral dalam pakan ternak setiap harinya . Hal ini diperlukan untuk memaksimalkan performans Reproduksi.

3. Anticacing/anthelmintik Rutin.

Anthelmintik diberikan pada ternak sapi secara rutin yaitu setiap 3 bulan sekali. 

Demikian tulisan ini, semoga bisa memberikan informasi yang bermanfaat untuk masyarakat luas Khususnya Peternak sapi Indonesia 


Drh. Khairul Rizal.

Tidak ada komentar:

WRD Puskeswan Kandis gelar vaksinasi rabies

         Drh. Khairul Rizal sedang melaksanakan vaksinasi rabies pada HPR. SIAK (2019). World Rabies Day (WRD) merupakan hari rab...