Jumat, 19 Februari 2021

Piometra Pada Sapi dan Pencegahannya

 

             Piometra Pada Sapi dan Pencegahannya

 

            Involusi uteri adalah kembalinya ukuran dan fungsi uterus dalam kondisi normal seperti sebelum mengalami keuntingan (Hafez, 2000). Hajurka dkk., (2005) melaporkan bahwa secara normal waktu involusi uterus adalah 30-40 hari. Uterus yang normal harus berada dalam keadaan yang steril dan mampu membersihkan dirinya sendiri dari infeksi yang temporer secara efisien. Pada periode pascapartus, uterus sapi biasanya dicemari dengan bermacam-macam organisme. Secara alami, lingkungan uterus postpartum pada kebanyakan mamalia kembali steril setelah 25 hari (Anonimus, 2008).

Adanya kontaminasi menyebabkan terjadinya penyakit pada uterus (Bonnett dkk. 1991) Salah satu gangguan reproduksi karena patologis uterus adalah piometra. Piometra (endometritis kronik purulen) secara umum merupakan penyakit metoestral yang sebagian besar menyerang betina yang lebih tua, dapat disebabkan karena kontaminasi uterus, retensio sekundinarium, atau kontaminasi selama proses kelahiran. Penyakit kelamin menular seperti brucellosis, trichomoniasis dan vibriosis atau kuman non spesifik seperti golongan kokus, coli, dan piogenes dapat menyebabkan terjadinya piometra. Pada beberapa kasus, sapi dapat bunting dan kemudian fetus mati, terjadi proses maserasi  (Cuneo dkk., 2006).

Gejala pada hewan betina penderita piometra adalah tidak munculnya birahi dalam waktu yang lama atau anestrus, siklus birahi hilang karena adanya Corpus Luteum Persisten (Gustafsson dkk., 2004), dan adanya leleran (discharge) yang bisa dilihat di sekitar ekor dan vulva (Cuneo dkk., 2006).

 

Gambar 1. Adanya leleran (discharge) yang keluar dari organ kelamin.

 Video Piometra Pada Sapi Bali

Pencegahan kasus piometra pada sapi antara lain:

1.      Lingkungan kandang yang bersih.

Ternak yang akan melahirkan harus ditempatkan lingkungan dan kandang yang bersih. Hal ini untuk mencegah terkontaminasi organ reproduksi saat ternak melahirkan.

2.      Penanganan Post Partus sapi yang tepat

Segera setelah sapi melahirkan, yang ditunggu peternak berikutnya adalah plasenta keluar dengan tepat. Normalnya plasenta keluar 8-12 jam setelah sapi melahirkan, apabila plasenta tidak keluar maka peternak harus mengabarkan petugas kesehatan hewan untuk melakukan penanganan, bila tidak dilakukan penanganan bisa mengakibatkan infeksi rahim seperti piometra. Induk yang melahirkan baik melahirkan normal dan dibantu maka perlu dilakukan treatment postpartum atau terapi setelah melahirkan, dan tindakan ini dilakukan oleh Dokter Hewan.

3.      Deteksi dini piometra pada sapi

Piometra pada sapi menyebabkan kerugian ekonomi bagi peternak. Perpanjangan birahi kembali setela melahirkan atau estrus kembali postpartus, pada infeksi yang berat dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat dapat mengakibatkan gangguan reproduksi permanen atau majir. Pentingnya peternak memahami tipe-tipe lendir reproduksi sangat penting, untuk deteksi dini piometra. Dalam hal ini perlu edukasi secara menyeluruh terkait gangguan reproduksi ternak kepada peternak. Penanganan piometra harus dilakukan oleh Dokter Hewan atau paramedik veteriner dibawah penyeliaan Dokter Hewan. Hal ini penting untuk memastikan piometra pada sapi benae-benar sudah tuntas. Salah satu indikator keberhasilan penanganan piometra adalah hewan birahi kembali dan dikawinkan dan bunting.




Penulis

Drh. Khairul Rizal

Medik Veteriner Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Siak. Riau

 


DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2008. Metritis and Endometritis. Merck & Co., Inc. Whitehouse Station, NJ, USA.

Bonnett, B.N., S.W. Martin, V.P. Gannon, R.B. Miller, and W.G. Etherington. 1991. Endometrial biopsy in Holstein–Friesian dairy cows-III. Bacteriological analysis and correlations with histological findings. Can. J. Vet. Res. 55:168-173.

Cuneo, S.P., C.S. Card, and E.J. Bicknell. 2006. Disease of Beef Cattle Associated with Post-calving and Breeding. Cattle Producer’s Library. London

Gustafsson, H., B. Kornmatitsuk, K. Konigsson, and H. Kindahl. 2004. Peripartum and early post partum in the cow- physiology and phatology. Publised in IVIS with the permission of the WBC. www.ivis.org.

Hafez, E.S.E. 2000. Reproduction in Farm Animal. Lea and Febiger. Philadelphia

Hajurka J, Macak V, Hura V. 2005. Influenceof Health Status of Reproductive Organs onUterine Involution in Dairy Cows.  Bull Vet Inst Pulawy 49 : 53-58.

 

Tidak ada komentar:

WRD Puskeswan Kandis gelar vaksinasi rabies

         Drh. Khairul Rizal sedang melaksanakan vaksinasi rabies pada HPR. SIAK (2019). World Rabies Day (WRD) merupakan hari rab...