Minggu, 28 Februari 2021

INSEMINASI BUATAN

 INSEMINASI BUATAN


Inseminasi Buatan / IB adalah proses memasukkan sperma ke dalam saluran reproduksi betina dengan tujuan untuk membuat betina jadi bunting tanpa perlu terjadi perkawinan alami. Konsep dasar dari teknologi ini adalah bahwa seekor pejantan secara alamiah memproduksi puluhan milyar sel kelamin jantan (spermatozoa) per hari, sedangkan untuk membuahi satu sel telur (oosit) pada hewan betina diperlukan hanya satu spermatozoon. Potensi terpendam yang dimiliki seekor pejantan sebagai sumber informasi genetik, apalagi yang unggul dapat dimanfaatkan secara efisien untuk membuahi banyak betina (Hafez, 1993).



Hasil Inseminasi Buatan pada peternak kecamatan Tualang Siak Riau

Namun dalam perkembangan lebih lanjut, program IB tidak hanya mencakup pemasukan semen ke dalam saluran reproduksi betina, tetapi juga menyangkut seleksi dan pemeliharaan pejantan, penampungan, penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencatatan dan penentuan hasil inseminasi pada hewan/ternak betina, bimbingan dan penyuluhan pada peternak. Dengan demikian pengertian IB menjadi lebih luas yang mencakup aspek reproduksi dan pemuliaan, sehingga istilahnya menjadi artificial breeding (perkawinan buatan). Tujuan dari IB itu sendiri adalah sebagai satu alat yang ampuh yang diciptakan manusia untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak secara kuantitatif dan kualitatif (Toelihere, 1985).

            Pelaksanaan teknik inseminasi buatan pada hewan mamalia merupakan perakitan beberapa teknologi yaitu teknologi penampungan semen dan penanganannya (Frandon, 1992).

            Aplikasi IB memiliki keuntungan dan kerugiannya. Keuntungan IB diantaranya menghemat biaya pemeliharaan pejantan, mencegah terjadinya kawin sedarah, dapat mengatur jarak kelahiran ternak, semen beku dapat tahan beberapa tahun kemudian dan menghindari penularan penyakit kelamin (Salisbury dan Demark, 1985).


DAFTAR PUSTAKA

 

Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hafez, E.S.E. 1993. Artificial insemination. In: HAFEZ, E.S.E. 1993. Reproduction in

Farm Animals. 6th Ed. Lea & Febiger, Philadelphia. pp. 424-439.

 

Salisbury, G.W dan Van Demark N. L.. 1985. Fisiologi Reproduksi dan IB pada sapi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Toelihere, M.R. 1985. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. Universitas Indonesia.

Sabtu, 27 Februari 2021

Infestasi Toxocara dan Zoonosis

Infestasi Toxocara dan Zoonosis 


Toxocara canis / T. canis merupakan ascaridida yang umum menginfeksi anjing. Ini merupakan salah satu parasit yang penting pada hewan tersebut, dan terutama sangat penting pada anak anjing. Infeksi kongenital dari Toxocara canis merupakan hal yang biasa terjadi pada anak anjing (Levine, 1994). Cacing Toxocara canis hidup di usus halus hospes (Subronto, 2006). Infestasi  T. canis pada hewan dan manusia disebut toxocariasis. T. canis pada anjing muda dapat melalui infeksi langsung, infeksi intra-uterus, infeksi transmamaria dan infeksi induk pascakelahiran.

Gejala klinis pada anjing yang terinfeksi T. canis antara lain :

  • Lethargia atau kelemahan
  • Ekspresi muka tampak sayu,
  • mata berair,
  • mukosa mata maupun mulutnya tampak mucat
  • anoreksia.
  • Pada hewan muda tidak jarang gejala konvulsi ditemukan akibat rangsangan syaraf pusat oleh toksin cacing.
  • Migrasi larva juga menyebabkan batuk, dispnoea dan adanya radang paru ringan (verminous penumonia). Hewan yang mengalami infeksi cacing yang berat dapat menunjukkan gejala kekurusan,
  •  Bulu kusam. (Subronto, 2006).

 


Telur Toxocara canis

Dokumentasi Pribadi


T canis merupakan salah satu cacing Nematoda yang bersifat zoonosis. Zoonosis merupakan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Manusia dapat menderita toxocariasis karena menelan telur infektif yang terdapat dalam feses anjing, kucing, dan tanah yang terkontaminasi. Selanjutnya, larva akan menetas dan bermigrasi menembus jaringan atau organ tubuh yang bisa menyebabkan visceral larval migrans dan Ocular larval migrans.

Toxocara canis Dewasa

Dokumentasi Pribadi

Potensi bahaya infestasi T. canis pada manusia yaitu visceral larval migrans dan pada infeksi yang berat Ocular larval migrans dapat mengakibatkan kebutaan pada manusia. Maka pemilik hewan harus melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian secara terus menerus. Pemberian anticacing atau anthelmintik 3 bulan sekali. Kotoran hewan jangan dibuang sembarangan tempat apalagi dibuang ke selokan atau ke sungai, disarankan kotoran hewan untuk dikubur di tanah untuk memutus siklus hidup dari cacing tersebut.

 


  

Jumat, 26 Februari 2021

DOKTER HEWAN

                                                                                    DOKTER HEWAN


                         http://il101.ilearning.me/2017/10/10/membuat-logo-dokter-hewan/


        Veterinary  berarti  Veteriner. Menurut  UU No.41 Tahun  2014 ,perubahan  terhadap  UU No  6 tahun  1967 dan UU no  18 tahun  2009 tentang  Peternakan dan  kesehatan hewan menerangkan  bahwa Veteriner adalah segala urusan yang berkaitan dengan Hewan, Produk Hewan, dan Penyakit Hewan. Untuk  mengawasi  Terkait  hal  diatas  diperlukan Dokter  Hewan.

           Dokter Hewan adalah orang yang memiliki profesi di bidang kedokteran hewan dan kewenangan . Medik Veteriner dalam melaksanakan pelayanan Kesehatan Hewan (UU  41 tahun  2014.  Dokter Hewan  dalam  menjalankan profesinya  dilindungi  oleh  Otoritas  Veteriner . Dalam pengambilan keputusan tertinggi berkaitan dengan  veteriner harus melibatkan keprofesionalan Dokter Hewan dan mengerahkan semua lini kemampuan profesi. (PP  no  3 tahun  2017 ttg  otoritas  Veteriner .

           Setelah kita lihat pengertian diatas  kita semakin  mengetahui  dan menyadari  betapa  kehadiran  Dokter  Hewan (Drh /Vet ) ditangah  masyarakat. Tugas  dokter  hewan  tidak  hanya   mencegah  dan mengobati  hewan  sakit . Lebih  daripada  itu  dokter  hewan  dalam  kompetensinya tentang Kesehatan  Masyarakat  Veteriner(Kesmavet).

            Kesmavet adalah  seluruh usaha masyarakat yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh seni dan ilmu kedokteran hewan yang diterapkan untuk mencegah penyakit, melindungi kehidupan, dan mempromosikan kesejahteraan dan efisiensi manusia. 

         Telur, Daging, Ikan  , Susu dan  produk  ikutannya  sebelum  dikomsumsi  oleh  manusia  haruslah  diawasi  oleh  Vet, agar  tidak  terjangkit  penyakit  zoonosis. Zoonosis merupakan  penyakit  yang  dapat  menular  dari  hewan  ke manusia  atau  sebaliknya .Penularan  zoonosis  ini  tidak  hanya melaui memakan pangan hewan yang  terjangkit zoonosis atau  dikenal  dengan  foodborne  disease, namun bisa juga  melaui  kontak  langsung  atau  kontak  tidak  langsung untuk  itu sudah  menjadi  tugas  kami  (read :Vet) mengedukasi  masyarakat  terkait  penyakit  zoonosis . Menurut WHO atau organisasi  kesehatan  dunianya menyatakan  70% penyakit  manusia  berasal dari hewan. Berbagai penyebab /etiologi penyakit  zoonosis seperti Virus  , bakteri, jamur  ,prion , helmint/cacing, Dan protozoa. Dari etiologi  tersebut sudah  ditemukan  vaksinnya  misalkan  rabies  leptosiposis, avian  influenza, newcastle disease, dll. 

        Untuk  penyakit  zoonosis  yang  telah  Ada vaksinasi  , disinilah  diharapkan  kesadaran  masyarakat  yang  memelihara  hewan  agar  melakukan  vaksinasi  hewan  secara  rutin  ke  Vet . Untuk  penyakit  yang zoonosis  lainnya dilakukan  pencegahan, terapi  dan  penanggulangan  terhadap  hewan  yang  terjangkit .

             Kompetensi  Drh  berikutnya  adalah  dibidang Medik  Reproduksi. REPRODUKSI merupakan perkembangbiakan  suatu  makhluk  hidup, dimulai  sejak  bertemunya  sel  ovum dan  Sel  Spermatozoa menjadi  zigot, bunting  dan  diakhiri  dengan  kelahiran  anak. (Hardjopranjoto, 1995). REPRODUKSI  adalah  bagian  terpenting  dalam  mengembangbiakan  ternak. Begitu  banyak  penyakit  dan  gangguan  Reproduksi  pada  hewan  yang  membutuhkan  dokter  hewan agar  hewan  tersebut  bisa bunting. Misalkan  Corpus  Luteum Persisten (CLP) pada sapi, pada kasus  ini  hewan  tidak  akan  mengalami  estrus /birahi (anestrus) dikarenakan  gangguan  pelepasan  Prostaglandin  F2 alfa yang  dihasilkan  oleh ENDOMETRIUM (Lapisan  Uterus) , Cysta  Folikel  pada  sapi  , kasus  ini hewan  estrus  trus  menerus  dalam  satu  siklus  estrus.dan penyakit  Reproduksi lainnya  , ini  smua  melibatkan  profesi  dokter  hewan  . Daging  sapi  akan  cukup  jika REPRODUKSI sapi  baik, telur akan  cukup  jika  Reproduksi  unggas  baik. Jika  Reproduksi  hewan  tidak  dikendalikan  dengan  baik  akan  berimbas  pada eksistensi  hewan , Dan hasl  tersebut  akan  berdampak  pada pemenuhan  protein  hewani. Sebagaimana  kita  ketahui  hewan  adalah  penyumbang  protein  terbesar  pada manusia.

       Selanjutanya  adalah  medik  konservasi .Medik Konservasi adalah penerapan Medik Veteriner dalam penyelenggaraan Kesehatan Hewan dibidang konservasi Satwa Liar (UU  no  41 tahun  2014). Harimau  sumatera, gajah  sumatera, badak, Orang  hutan dan hewan  konservasi  lainnya berada  diambang  kepunahan, dan harus  dijaga  kelestariannya.

        Akhir  tulisan  ini  , mengingatkan  kepada  masyarakat . Dokter  Hewan  memiliki  motto  "manusia  mriga  satwa  sewaka " berarti  mensejahterkaan manusia melalui  kesejahteran hewan ". Manusia akan sejahtera  jika hewan  sejahtera, manusia  akan  sehat  jika  hewan  sehat.  Kami  Dokter  hewan  sangat  bersyukur  karena  Allah  memberikan  kesempatan Kami menjadi  Dokter  Hewan  , yang  dengan  profesi  ini  kami  mengabdi  untuk kesejahteraan  , kehidupan  manusia  yang  lebih  baik. Semoga  dengan  profesi  ini  menjadi  amal  ibadah  kami .


Drh. KHAIRUL  RIZAL

Medik  Veteriner 


Kamis, 25 Februari 2021

Infestasi Tungau Telinga Pada Kucing

 Infestasi Tungau Telinga Pada Kucing


Gambar 1. Otodectes  cynotis dan Telur Otodectes  cynotis

http://linwoodanimalclinic.blogspot.com/2012/01/

Infestasi tungau telinga pada kucing merupakan salah satu penyebab otitis atau peradangan telinga pada kucing.  Bowman dkk., (2002) menyatakan Otodectes  cynotis merupakan  penyebab  paling  umum  atau  sebesar  50% - 84%  terjadinya   otitis   eksterna   pada   kucing  (Kartini dkk., 2017). Otodectes cynotis merupakan tungau yang hidup didalam saluran eksterna telinga. Tungau ini dapat menginfeksi kucing, anjing, dan karnivora lain seperti musang dan rubah

Tungau telinga dapat berpindah dari satu hewan ke hewan yang lainnya lewat kontak tubuh secara langsung. Tungau telinga betina cenderung menaruh telur-telurnya pada bulu di bagian telinga hewan, sehingga tungau telinga jantan akan selalu mencari tungau telinga betina pada bagian tersebut untuk melakukan perkembangbiakan (Rosenfeld, 2007).

Gejala klinis yang ditimbulkan akibat infestasi tungau ini yaitu hewan sering mengaruk pada daerah telinga, kotoran telinga berwarna hitam gelap dan menyebabkan otitis (Dhingra, 2008). Infestasi tungau pada telinga ini jika tidak dilakukan pengobatan dengan segera dapat diikuti infeksi skunder bakteri, sehingga gejala klinis yang dapat diamati adalah  Ear discharge / leleran dari telinga.  Kartini dkk., (2017) menyatakan bakteri kokus yang   umum  ditemukan  pada  kasus  otitis  eksterna  adalah  Staphylococcus intermedius atau  Staphylococcus intermedius, sedangkan bakteri  basil  yang  umum  ditemukan  Pseudomonas   sp .   Infeksi   bakteri   ditandai  dengan  adanya  cairan  purulen pada  saluran  telinga.   


  .   
     Gambar 2. Ear discharge / leleran dari telinga pada kasus otitis

Dokumentasi Pribadi

Pemeriksaan mikroskopis diperlukan untuk mengidentifikasi tungau telinga. Pemeriksaan dengan cara Ear mites di swab bagian telinga menggunakan cotton swab kemudian dipaparkan pada objek gelas dan diteteskan larutan Kalium Hidroksida (KOH) 10%. Kemudian diamati di bawah mikroskop pada pembesaran 40x.

Gambar .  Otodectes  cynotis

Dokumentasi Pribadi

Penularan  Otodectes  cynotis  dapat  terjadi  melalui  kontak  langsung. Perlu dipertimbangkan oleh pet owner untuk tidak menempatkan hewan yang sakit dengan hewan yang sehat. Pengendalian dan pencegahan infestasi tungau hewan, pet owner harus rutin memeriksakan kesehatan hewan kesayangannya pada Dokter Hewan. Pembersihan kandang dan sekitar kandang harus rutin dilakukan pembersihan. Perlu dipertimbangkan untuk dilakukan penyemprotan kandang dengan larutan anti ektoparasit untuk memberantas tungau atau ektoparasit yang ada disekitar kandang.


Daftar Pustaka. 


Bowman DD, Hendrix CM, Lindsay DS, Barr Sc. 2002. Feline Clicical Parasitology. Iowa (US): Iowa State University Press

Dhingra PL. 2008. Perbandingan Efektifitas Ofloksasin Topikal dengan Ofloksasin Kombinasi Steroid Topikal pada Otitis Eksterna Profunda di Makasr [skripsi]. Makasar (ID): Universitas Hasanudin.

Kartini, C., Efendi, A., Herlina, Putra, M. AR.  2017. Catatan Dokter Hewan Pemeriksaan  Fisik pada Mata, Telinga, Kardiorespirasi, dan Saluran Pencernaan. IPB Press

Rosenfeld, Andrew J. 2007 . Veterinary Medical Team Handbook . Iowa: Blackwell Publishing Professional .ISBN 978-0-7817-5759-1




Rabu, 24 Februari 2021

Kandang Jepi yang Ideal Mengurangi Resko Kerja

 

Kandang Jepi yang Ideal Mengurangi Resko Kerja

 

Kandang jepit merupakan alat bantu  untuk mengurangi ruang gerak sapi sehingga mudah memberikan penanganan pada hewan. Kandang jepit ini sangat diperlukan untuk memudahkan dalam melakukan penanganan pada sapi. Penanganan tersebut seperti pemeriksaan dan pengobatan, inseminasi buatan atau kawin suntik, pemeriksaan kebuntingan, pemeriksaan gangguan reproduksi dan penanganan lainnya.

Kandang jepit yang tidak sesuai standar akan berakibat pada resiko kecelakaan kerja yang meningkat. Resiko tersebut antara lain.

1.      Resiko bagi petugas

Petugas dalam hal ini Dokter Hewan maupun paramedik veteriner dalam memberikan pelayanan kesehatan hewan dapat mengalami cidera seperti terluka dikarenakan tendangan dari hewan, maupun terkena kayu. Untuk itu di himbau peternak agar memiliki kandang jepit setiap kandang ternak

2.      Resiko bagi hewan

Sapi yang akan dilakukan pemeriksaan dan ditempatkan pada kandang jepit yang tidak sesuai standar,  hewan dapat cidera dikarenakan melompat dari kandang, dan pada kasus yang berat dapat mengakibatkan patah pada anggota gerak hewan.

          Gambar 1. Sapi Bali melompat saat akan dilakukan inseminasi buatan atau kawin suntik.

Dokumentasi dari Taufik , inseminator Kabupaten Tanjung Jabung Barat , Jambi

    Peternak dihimbau untuk dihimaau untuk membuat kandang jepit menggunakan bahan-  bahan yang kokoh, baik menggunakan bahan kayu, besi maupun kandang jepit permanen dengan ukuran sebagai berikut

  • Panjang landasan kaki minimal 150 cm
  • Lebar depan 55 cm
  • Lebar bagian belakang 55 cm
  • Tinggi kandang 170 cm


Penulis

Drh. Khairul Rizal

 

 

Selasa, 23 Februari 2021

Pengendalian Infestasi Cacing Mata atau Thelaziosis Pada Sapi

 

Pengendalian Infestasi Cacing Mata atau Thelaziosis Pada Sapi

Drh. Khairul Rizal



Thelaziosis adalah penyakit cacing mata yang disebabkan oleh nematoda. Siklus hidup cacing ini membutuhkan inang lalat perantara dari famili Muscidae. Thelaziosis  pada  sapi disebabkan oleh spesies  Thelazia  rhodesii, Thelazia gulosa  dan  Thelazia  skrjabini  Menurut Tjahajati dan Husniyati (2012).  Thelaziosis merupakan penyakit mata yang dapat dijumpai sepanjang tahun, tetapi kasus penyakit ini banyak dijumpai pada musim hujan, khususnya pada awal musim hujan karena populasi lalat rumah jumlahnya meningkat

Gejala  klinis  yang  paling  umum  dari  thelaziosis  adalah  konjungtivitis,  hipertrofi konjungtiva, lakrimasi yang berlebihan, penyumbatan duktus lakrimalis  dan keratitis. Gejala klinis tersebut dipengaruhi oleh jumlah cacing, habitat cacing  dan respon imun dari inang (Wang dkk., 1999).

 
Gambar . Cacing Thelazia sp pada mata sapi Bali. Dokumentasi Pribadi

Pengendalian infestasi cacingan pada sapi harus dilakukan secara menyeluruh. Sapi yang dikandangankan harus diberikan anticacing/ Anthelmintik setiap 3 bulan sekali, kandang harus dibersihkan setiap hari. Untuk pengendalian vektor lalat dapat dilakukan penyemprotan anti ektoparasit yang berbentuk spray pada kandang, dan lingkungan sekitar  sehingga dapat mematikan larva lalat.  

Sapi yang digembalakan harus dibuat sistem pengembalalaan rotasi atau berpindah tempat. Pengembalaan  dibiarkan rumput tumbuh selama 3 bulan agar memutus siklus hidup dari parasit cacing di padang pengembalaan. Subronto dkk., (2001) menyatakan padang  penggembalaan  yang  tidak  digunakan selama 3 bulan berturut-turut mampu menurunkan jumlah stadium pre  parasitik di lingkungan.

Pada infestasi cacing mata yang berat harus dilakukan pengobatan  dibawah pengawasan Dokter Hewan. Pengobatan infestasi cacing mata / theleziosis berdasarkan tingkat infestasi cacing. Pada infeksi yang berat dapat mengakibatkan kebutaan pada mata sapi, untuk itu peternak disarankan untuk segera menghubungi petugas kesehatan hewan setempat untuk memberikan treatment/ terapi terbaik . 


Penulis 

Drh. Khairul Rizal

Medik Vet Dinas Perikanan dan Peternakan 

Kabupaten Siak

Daftar  Pustaka

 

Tjahajati I dan Husniati. 2012. Berbagai Penyakit pada Sapi. PT Citra AjiParama. Yogyakarta

Subronto,  Tjahajati  I.  2001.  Ilmu  Penyakit  Ternak  II.  Gadjah  Mada  University Press

Wang  ZX,  Chen  Q,  Jiang  BL.  2002.  Epidemiology  of  thelaziasis  in  China.  Chinese J Parasitic Dis Cntrl (6):335-337



Senin, 22 Februari 2021

Kutu Penghisap Darah Pada Kucing

 

Kutu Penghisap Darah Pada Kucing

    Kucing merupakan salah satu hewan peliharaan yang digemarin pada masyarakat sekarang ini. Namun untuk menjaga kucing peliharaan agar memiliki kesehatan yang baik, pemelihara kucing harus lebih memperhatikan makanan dan perawatan kucing tersebut jika tidak kucing akan mudah terserang penyakit .

    Salah satu kendala dalam pemeliharaan kucing yaitu adanya infestasi ektoparasit. Ektoparasit yang menginfestasi kucing menimbulkan dermatitis, anemia, gangguan hipersensitivitas, vektor, kesakitan, dan ketidaknyaman ( Salant dkk., 2013), dan ada yang bersifat zoonosis.

    Infestasi kutu pada hewan umumnya oleh kutu penggigit , yang termasuk dalam subordo Mallophaga , dan kutu penghisap yang termasuk subordo, Anoplura. Salah satu kutu yang termasuk kedalam subordo Anoplura adalah Linognanthus sp  (Subronto, 2006).

         

                     Gambar a. Anoplura eggs 


                    Morfologi kutu Felicola subrostratus

                      (Starkey dan Stewart 2015).

        Ektoparasit tersebut mempunyai kepentingan zoonosis dengan menyebarkan penyakit berbasis vektor (vector borne diseases). Agen penyakit yang disebarkan melalui vektor dapat berupa bakteri, protozoa, dan helminth. Ektoparasit pada hewan memunculkan gejala umum berupa gatal-gatal (pruritus), sering menggaruk, kebotakan (alopecia), lesu, dan anemia (ESCCAP 2012).

    Infestasi kutu penghisap pada kucing dapat menyebabkan gejala gatal, rasa ketidaknyamanan, dermatitis atau radang pada kulit, penurunan berat badan, kerontokan rambut bahkan alopecia, dan pada infeksi yang berat dapat mengakibatkan anemia . Infestasi kutu pada kucing selain dilakukan treatment atau terapi pada hewan , juga harus diperhatikan kebersihkan lingkungan hewan. Kadang dan sekitarnya harus dilakukan pembersihan dan penyemprotan dengan menggunakan antiektoparasit.


Penulis

Drh. Khairul Rizal

 

Sumber

[ESCCAP] European Scientific Counsel Companion Animal Parasites. 2012. Control of Ectoparasites in Doogs and Cats. Worcestershire (UK): ESCCAP

Salant H, Mumcuoglu KY, Baneth G. 2013. Ectoparasites in urban stray cats in Jerusalem, Israel: differences in infestation pattern of fleas, tick and permanent ectoparasites. Medical and Veterinary Entomology. 1-5. Doi: 10.1111/mve.12032.

Starkey L, Stewart J. 2015. Feline arthropods. Todays Veterinary Practice Journal.59-64

Subronto, 2006. Penyakit Infeksi Parasit Dan Mikroba Pada Anjing Dan Kucing. Yogyakarta : UGM Press


Minggu, 21 Februari 2021

Bahaya Ikan Aligator Mengancam Ekosistem Sungai di Jogja

Bahaya Ikan Aligator Mengancam Ekosistem 

Sungai di Jogja


Sungai di Jogja dalam Serangan Ikan Aligator dari Benua Amerika. Inilah judul berita yang di muat di Kumparan.com, pada tangga 18 Februari 2021.  Sejumlah pemancing di Jogja mendapatkan ikan jenis aligator ketika sedang memancing di perairan Jogja . Ikan aligator ini diduga berasal dari para pemelihara yang tidak kuat lagi memberi pakan, sehingga melepaskannya ke alam liar. Penemuan ikan aligator di perairan Jogja semakin sering seiring meningkatnya tren memelihara ikan hias akhir-akhir ini. (Anonimus, 2021).


Ikan aligator. Foto: Rully YK Grup Mancing Mania Jogjakarta

Ikan predator adalah ikan hias yang seperti pada umumnya yang hidup di air tawar. Yang membedakan adalah ikan ini memangsa hewan lain atau ikan yang lebih kecil untuk menjadi makanannya.  Banyak orang menyukai ikan predator dikarenakan tingkah laku ikan tersebut yang banyak bergerak diam atau santai namun tiba-tiba dapat berubah menjadi sangat gesit pada saat memangsa makanannya (Kevin j dkk., 2017).

Alligator gar adalah jenis ikan predator yang berasal dari Amerika Utara. Ikan ini banyak didatangkan ke berbagai negara sebagai bagian dari perdagangan akuarium. (Hasan v, 2020). Spesies ikan yang dimasukkan ke negara lain yang bukan habitat aslinya dikenal dengan sebutan ikan eksotik (Lowe dkk., 2010). Alligator gar memiliki ciri-ciri mulut seperti layaknya aligator dengan badan bulat memanjang. Ikan ini memiliki susunan gigi yang tajam. Ukuran maksimal pernah dilaporkan dapat mencapai 3 meter lebih. Sebagai ikan predator ganas yang habitat alaminya tidak berada di perairan Indonesia, maka kehadirannya dapat menimbulkan dampak ekologi serius. makanannya (Hasan v, 2020). 

Semakin banyaknya yang memelihara Ikan Alligator ini tentu akan menjadi ancaman serius bagi kerusakan ekosistem sungai yang ada ikan predator tersebut. Ikan ini dapat mencapai panjang 3 meter lebih. Semakin bertambah ukuran ikan ini, tidak memungkinkan lagi untuk dipelihara oleh pemilik sehingga melepas ke sungai. Perlu sosialisasi secara komprehensif dari berbagai lintas sektoral terkait ini untuk memberikan edukasi ke masyarakat luas terkait bahaya dan ancaman memelihara ikan predator ini.  Wargasasmita (2005) dampak introduksi ikan eksotik antara lain adalah penurunan kualitas lingkungan perairan tawar, gangguan terhadap komunitas ikan asli, penurunan kualitas materi genetik melalui hibridisasi, serta introduksi penyakit dan parasit ikan.

Memeilihara dan memperdagangkan ikan Alligator ini dilarang oleh pemerintah, hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 41/Permen-KP/2014.  Tentang larangan pemasukan jenis ikan berbahaya dari luar negeri ke dalam wilayah negara republik indonesia. Salah satu ikan yang dilarang yaitu Atractosteus spatula atau Alligator gar.

Adapaun ancaman pidana bagi yang melanggar diatur dengan jelas  pada UU 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan Pasal 88 yaitu setiap orang yang dengan sengaja memasukkan, mengeluarkan, mengadakan, mengedarkan, dan/atau memelihara ikan yang merugikan masyarakal, pembudidayaan ikan, sumberdaya ikan, dan/atau lingkungan sumberdaya ikan ke dalam dan/atau ke luar wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).

          Para pecinta ikan hias diharapkan dapat lebih bijak dalam memilih dan menentukan ikan yang dipelihara. Jangan sampai memelihara ikan yang dilarang oleh UU , apalagi memelihara kemudian saat tidak sanggup memberi makan ikan, dan melepaskan ikan tersebut ke sungai atau perairan lainnya yang jelas akan merusak tatatan ekosistem dan terkait dengan lingkungan. Ikan predator yang dilepas ke sungai tentu akan membahayakan ekositem sungai dikarenakan ikan tersebut dapat berkembangbaik dan menjadi predator ikan atau ewan yang berada di sungai tersebut.

 

Drh. Khairul Rizal

Medik Veteriner 

Sabtu, 20 Februari 2021

Chlamydiosis Pada Kucing dan Pencegahannya

 

 

Chlamydiosis Pada Kucing dan Pencegahannya

 

Chlamydiosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri obliglat selular chlamydophila. Mikroorganisme ini memiliki siklus hidup yang unik dan menyebabkan peradangan dari ringan sampai berat pada hewan dan manusia.

               Gejala pada penyakit chlamydiosis antara lain ; infeksi  mata unilateral umumnya berkembang menjadi bilateral. Dapat terjadi konjungtivitis intens dengan hiperemia ekstrem pada membran conjunctiva, blepharospasm, dan ketidaknyamanan pada mata. Demam sementara, kehilangan nafsu makan, dan penurunan berat badan dapat terjadi segera setelah infeksi, meskipun sebagian besar kucing tetap sehat dan terus makan.


Kucing terkena infeksi Chlamydiosis ( Dokumentasi Pribadi) 

Rekomendasi vaksinasi:

             Vaksinasi harus dipertimbangkan untuk kucing yang berisiko terpapar infeksi. Vaksinasi umumnya dimulai pada usia 8-10 minggu, dengan suntikan kedua 3-4 minggu kemudian. Booster tahunan direkomendasikan untuk kucing yang terus berisiko terpapar.

Dianogsa

               Feline chlamydiosis merupakan penyakit menular umumnya menyerang 9% pada kucing domestik yang belum di berikan vaksin. diagnosa dari feline chlamydiosis dapat ditegakkan melalui beberapa tahapan yaitu berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium. 

               Pada kasus chanydiosis pada infeksi yang berat dapat mengakibatkan kebutaan,  pemilik hewan sedini mungkin harus menyadari bila ada gangguan pada hewannya. Bila hewan sakit, jangan pernah memberikan pengobatan tanpa resep dokter hewan. Segera membawa hewan peliharaan ke dokter hewan bila hewan sakit.

 

Daftar Pustaka

Sarah, I. P.  2009. Penanganan Feline Chlamydiosis Pada Kucing Di Rumah Sakit Hewan Dinas Peternakan Dan Kesehatan  Hewan Provinsi Sumatera Barat. Banda Aceh. Universitas Syiah Kuala

Tim Gruffydd-Jones .  2009  . Chlamydophila felis infection. ABCD guidelines on prevention and management. J Feline Med Surg 2009 Jul;11(7):605-9.

 

 

 

 

 

 

 

WRD Puskeswan Kandis gelar vaksinasi rabies

         Drh. Khairul Rizal sedang melaksanakan vaksinasi rabies pada HPR. SIAK (2019). World Rabies Day (WRD) merupakan hari rab...