PEMERIKSAAN URIN
DASAR
TEORI
Sistem
perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih)
(Speakman, 2008).
Anatomi dan Fisiologi
Susunan sistem perkemihan terdiri dari: a) dua
ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua ureter yang membawa urin dari
ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria tempat urin
dikumpulkan, dan d)satu uretra urin dikeluarkan dari vesika urinaria (Panahi,
2010).
1.
Ginjal
Ginjal
merupakan organ yang berbentuk seperti kacang merah dengan panjang sekitar
10-13 cm, lebarnya 6 cm, berwarna merah dan berat kedua ginjal kurang dari 1%
berat seluruh tubuh atau beratnya antara 120-150 gram dan setiap sekitar 20-25%
darah yang dipompa jantung mengalir menuju ginjal (Evelyn Pearce, 2006).
Ginjal terletak pada bagian dorsal dari rongga
abdominal pada tiap sisi dari aorta dan vena kava, tepat pada posisi ventral
terhadap beberapa vertebra lumbal yang pertama. Ginjal dikatakan
retroperitoneal, artinya terletak di luar rongga peritoneal (Frandson, 1992).
Ginjal
kanan terletak sedikit lebih rendah daripada ginjal kiri karena besarnya lobus
hepatis kanan. Secara mikroskopis, sebuah ginjal dengan potongan memanjang
memberi dua gambaran dua daerah yang cukup jelas. Daerah perifer yang beraspek gelap diebut
korteks, dan selebihnya yang agak cerah disebut medulla, berbentuk piramid
terbalik (Nursalam, 2005).
Secara
mikroskopis, korteks yang gelap tampak diselang dengan interval tertentu oleh
jaringan medulla yang berwarna agak cerah, disebut garis medulla (medullary rays). Substansi
korteks di sekitar garis medulla disebut labirin korteks. Medulla tampak lebih
cerah dan tampak adanya jalur-jalur yang disebabkan oleh buluh-buluh kemih yang
lurus dan pembuluh darahnya (Hartono, 1992).
Menurut
Alatas, dkk., (2002) menjelaskan fungsi ginjal sebagai organ ekskresi.
Ginjal memilki fungsi utama dalam menjaga keseimbangan internal dengan jalan
menjaga komposisi cairan ekstraselular. Untuk melaksakan hal itu sejumlah besar
cairan difiltrasi di glomerulus dan kemudian direabsopsi dan disekresi di
sepanjang nefron sehingga zat-zat yang berguna diserap kembali dan sisa-sisa
metabolisme dikeluarkan sebagai urin,
Fungsi
ginjal secara keseluruhan, yaitu;
1. Fungsi
Ekskresi
Ginjal
dapat berfungsi untuk sisa metabolisme protein (ureum, kalium, fosfat, sulfur
anorganik dan asam urat), regulasi volume cairan tubuh dikarenakan aktivitas
anti-duaretik (ADH) yang akan mempengaruhi volume urin yang akan dikeluarkan
tubuh dan ginjal yang bermanfaat dalam menjaga keseimbangan asam dan basa ( Chandrasegaran, 2013).
2. Fungsi Endokrin
Sebagai
fungsi endokrin ginjal memiliki tiga fungsi, yaitu; a) Memiliki partisipasi
dalam eritropoesis yaitu sebagai penghasil zat eritropoetin yang dibutuhkan
dalam pembentukan sel darah merah. b) Pengaturan tekanan darah, hal ini
dikarenakan terlepasnya granula rennin dari jukstaglomerulus yang merangsang
angiotensinogen di dalam darah menjadi angitensi I kemudian diubah kembali
menjadi angiotensi II oleh enzim konvertase di paru. Hal ini mengakibatkan
terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan merangsang kelenjar
adrenal untuk memperoduksi aldosteron.Kombinasi kedua inilah yang mengakibatkan
terjadinya hipertensi. c) Ginjal bertugas menjaga keseimbangan kalsium dan
fosfor dikarenakan ginal mempunyai peranan dalam metabolism vitamin D ( Chandrasegaran, 2013).
2.
Ureter
Merupakan
saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan ginjal dari pelvis renalis
menuju vesica urinaria.terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal,
masing-masing satu untuk setiap ginjal ( Farida, 2011).
3.
Vesica Urinaria
Merupakan
tempat menampung urin yang berasal dari ginjal melalui ureter. Vesica urinaria
terletak di lantai pelvis. Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral
yang terdiri atas tiga bagian yaitu apeks, fundus dan collum ( Farida, 2011).
4.
Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang terdiri dari
mukosa membrane dengan muskulus yang berbentuk spinkter pada bagian bawah dari kandung kemih. Uretra berfungsi untuk transport urine dari
kandung kemih ke meatus eksterna, uretra merupakan sebuah saluran yang berjalan dari leher
kandung kemih hingga lubang air (Pearce,1999).
Proses pembentukan urin
Menurut Rodrigues (2008), proses pembentukan urin adalah
a.
Proses filtrasi, di glomerulus.
Terjadi
penyerapan darah yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein.
Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa,
air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal.
Cairan yang disaring disebut filtrat glomerulus.
b.
Proses reabsorbsi
Pada
proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium,
klorida fosfat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif
(obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. Sedangkan pada tubulus distal
terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh.
Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan
pada papilla renalis.
c.
Proses sekresi
Sisa
dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla
renalis selanjutnya diteruskan ke luar
Macam Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan
urin rutin meliputi : jumlah urin, makroskopis yaitu warna, kejernihan, berat
jenis, kimiawi yaitu protein, glukosa dan mikroskopis yaitu pemeriksaan
sedimen. Pemeriksaan urin khusus : bilirubin, urobilin, urobilinogen, benda
keton, darah samar , klorida, kalsium (Gandasoebrata, 2007).
TUJUAN
Tujuan
adari praktikum pemeriksaan urin adalah untuk mengetahui abnomalitas pada sistem urinaria.
ALAT
Alat yang digunakan pada praktikum
ini adalah cateter, tabung reaksi, refraktometer, objek glass, cover glass,
sentrifus, mikroskop
BAHAN
Bahan
yang digunakan adalah kucing sebagai hewan coba, urin, kertas lakmus, kertas
strip dan indikatornya
PROSEDUR
KERJA
Pemeriksaan
Fisik
Pada pemeriksaan fisik makan urine kucing
diamti secara makroskopis yaitu:
a.
Warna
b.
Berat jenis
c.
Bau urine
Pemeriksaan
Kimia
Pemeriksaan kimia dapat
dilakukan kertas strip, lalu amati :
a.
Pemeriksaan pH
b.
Pemeriksaan Glukosa
c.
Pemeriksaan protein
Pemeriksaan
Sedimen
Urine
disentrifus lalau dibuang cairan diatsnya dan amati dibawah mikroskop
HASIL
Praktikum kali ini kami menggunakan seekor
kucing
Nomor : 03
Tanggal : 22 April 2015
Nama Pasien : Kuskus
Alamat : Darussalam
Nama Pemilik : M. Geraldy Zarry
Jenis hewan : Kucing
lokal
Sinyalemen :
Nama hewan : Kuskus
Jenis kelamin : Betina
Warna bulu : Hitam Putih
Berat Badan : 2,5 kg
Ras : Felis domestik
Pemeriksaan
Fisik
a)
Warna : Kuning Muda
b)
Berat jenis : 1.018
c)
Bau urine : bau
khas urin
Pemeriksaan
Kimia
a) Pemeriksaan
pH : Asam
b) Pemeriksaan
Glukosa : < 100(5) ±
mg/dl (mmol/L)
c) Pemeriksaan
protein :
15 (015) ±
mg/dl (gr/L)
Gambar. Pemeriksaan pH urin dengan
kertas Lakmus
Gambar. Mengukur kadar Protein, pH
, Glukosa
Pemeriksaan
Sedimen
Pada
pemeriksaan specimen urine ditemukan sel epitel squamosa
Gambar. Sel epitel
PEMBAHASAN
Pemeriksaan
Fisik
Urine normal
berwarna antara kuning muda sampai kuning tua warna itu disebabkan oleh karena
adanya urobilin lurocrom. Berat jenis
urine mercerminkan jumlah zat padat yang terlarut dalam urin. BJ normal urin
kucing adalah 1.020-1.030. pH normal
pada urine kira-kira asam yaitu 5.9-6.4
( Sadjana dan Kusmawati, 2006 ). Warna urine yang normal kuning-kuningan dan
ada juga urine yang jernih itu disebabkan karena obat itu warnanya kuning ke
orange. Urine normal baunya memusingkan
atau bau khas hewan itu sendiri.
Pemeriksaan
Kimia
Proses-proses
yang mencakup ekskresi dan reabsorbsi yang dilakukan oleh sistem perkemihan akan
mempengaruhi pH urin. Pada hewan normal, pH urin bervariasi tergantung pada
makanannya. Apabila asupan protein tinggi, maka urin menjadi lebih bersifat
asam, sedangkan apabila asupan makanan banyak mengandung serat yang tinggi, maka
urin menjadi lebih bersifat alkalis atau netral (Meyer dan Harvey, 1998).
Infeksi
sistem perkemihan oleh beberapa mikroorganisme juga dapat membuat suasana menjadi
asam. Obstruksi pada saluran urin atau cystitis dapat menimbulkan retensi urin,
khususnya dalam vesika urinaria, yang menyebabkan suasana urin menjadi lebih
alkalis. Dengan demikian, suasana asam dan basa urin dapat dipakai sebagai tolak
ukur pertama kesehatan system saluran perkemihan dan atau pada sistem digesti serta
sistem sirkulasi.
Selain
pH, kandungan albumin dan bilirubin dapat diindikasikan adanya gangguan pada system
perkemihan berdasarkan analisis urin. Adanya albumin dalam urin merupakan
indikator pertama yang paling sensitif untuk mengetahui adanya gangguan pada
glomerulus, sebelum timbul albuminemia. Sedangkan adanya bilirubin dalam urin
dapat sebagai petunjuk adanya penyakit pada sistem perkemihan sendiri atau yang
berkaitan dengan sistem lain.
Kadar
potein tinggi didalam urin disebut hiperproteinuria, dan kadar protein rendah
didalam urine disebut hipoproteinuria. Pemeriksaan glukosa urin merupakan pengukuran kadar
glukosa dalam urin. Pemeriksaan ini sebenarnya tidak dapat digunakan untuk
menggambarkan kadar glukosa dalam darah. Kadar glukosa normal pada
kucing adalah < 100 mg/dl.
Pemeriksaan
Sedimen
Pada
pemeriksaan sedimen urine ditemukan sel epitel. Unsur-unsur sedimen dibagi atas
2 golongan : organik, yaitu yang
berasal dari suatu organ atau jaringan dan non organik, tidak berasal dari suatu jaringan. Biasanya unsur
organik lebih bermakna daripada yang non
organik.
a. Unsur
– unsur organic
1) Sel
epitel, adalah sel berinti satu yang ukurannya lebih besar dari lekosit. Sel
epitel gepeng (skuameus) berasal dari uretra bagian distal. Sel - sel epitel
yang berasal dari kandung kemih sering mempunyai tonjolan dan diberi nama sel
transisional. Sel - sel yang berasal dari pelvis ginjal dan tubulus ginjal lebih
bulat dan lebih kecil dari sel epitel skuameus dan tidak mempunyai arti jika
jumlahnya sangat kecil. Jumlah sel epitel bulat bertambah banyak pada
glomerulonephritis. Bertambahnya sel epitel menunjukkan kepada iritasi atau radang
suatu permukaan selaput lendir dalam traktus urogentalis (Gandasoebrata, 2007)
2) Lekosit,
sel yang seperti benda bulat yang berbutir halus . Adanya banyak lekosit dalam
sedimen urin menunjukkan radang purulent di suatu bagian traktus urogenitalis
(misalnya pielonefritis, sistitis, urethritis).
3) Eritrosit,
adalah sel yang sering terlihat sebagian benda bulat yang mempunyai warna
kehijau-hijauan.
4) Silinder
a.
Silinder hialin : silinder yang ujungnya
membulat dan menunjukkan kepada kepada iritasi atau kelainan yang ringan.
b.
Silinder berbutir : halus menunjukkan
arti sama seperti hialin sedangkan berbutir kasar mengarah kepada kelainan yang
lebih serius.
c.
Silinder lilin : lebih lebar dari
silinder hialin dan mempunyai kilauan seperti permukaan lilin. Didapat pada keadaan
nephritis lanjut dan pada amyloidosis.
d.
Silinder eritrosit : permukaan silinder
terlihat eritrositerotrosit.
e.
Silinder lekosit : permukaan silinder
dilapisi oleh lekosit.
f.
Silinder lemak : silinder yang
mengandung butir-butir lemak
g.
Oval fat bodies, adalah sel epitel yang
mengalami degenerasi lemak, berbentuk bulat.
h.
Benang lendir, didapat pada iritasi
permukaan selaput lendir traktus urogenitalis bagian distal. Silindroid, hampir
serupa dengan silinder hialin tetapi salah satu ujung menyempit menjadi halus
seperti benang
Unsur
- unsur non organik meliputi bahan amorf dan Kristal- kristal
Macam
Kristal
1. Kristal
kalsium oksalat, adalah yang paling banyak menyebabkan batu saluran kemih
(70-75%), batu terdiri dari kalsium oksalat, terjadi karena proses multifaktor,
congenital dan gangguan metabolik sering sebagai faktor penyebab.
2. Kristal
asam urat, dibentuk hanya oleh asam urat. Diet dengan tinggi protein serta
minuman beralkohol meningkatkan ekskresi asam urat sehingga pH air kemih menjadi
rendah.
3. Kristal
kalsium fosfat, terjadi pada suasana air kemih yang alkali atau terinfeksi.
Terjadi bersama dengan Ca Oxalat atau struvit.
4. Kristal
struvit (magnesium-amonium fosfat), disebabkan karena infeksi saluran kemih
oleh bakteri yang memproduksi urease (Proteus, Provindentia, Klebsiella dan Psedomonas).
5. Kristal
sistin, disebabkan karena gangguan ginjal.
Gangguan
system urinaria pada kucing yang sering terjadi adalah urolithiasis. Urolithiasis
adalah panyakit pada sistem urinaria
karena adanya pembentukan dan akumulasi
kristal yang menghambat proses urinasi
(Lulich dan Osborne, 2007). Hal ini berkaitan dengan diet tinggi protein dan adanya perubahan pola gaya hidup ke modern. Kristal kalsium oksalat (CaOx) adalah tipe kristal yang paling sering terjadi pada kucing
dengan angka prevalensi 90% (Sparkes dan
Philippe, 2008). Proses pembentukan kristal berasal dari beberapa proses fisiokimia seperti peningkatan eksresi kalsium dan oksalat dalam urin, supersaturasi urin, kristalisasi, agregasi kristal, pertumbuhan kristal, penempelan kristal ke saluran ureter, retensi
ureter, dan agglomerasi ureter (Yadav, dkk., 2011).
KESIMPULAN
Sistem
urinaria merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin.
Pemeriksaan urine bertujuan untuk mengetahui kelainan pada system urinaria. Pemeriksaan urine meliputi pemeriksaan
fisik, kimia dan sedimemen. Pada pemerisksaan urine pada kucing diketahui dalam
keadaan normal.
DAFTAR PUSTAKA
Alatas
H, Rusdidjas, Ramayati R. 2002. Infeksi saluran kemih.Buku Ajar Nefrologi Anak. Jakarta : .Ikatan Dokter
Anak Indonesia.
Chandrasegaran,K.2013.
Gambaran Nilai International Prostate
Symptom Score
Pada Pasien Benign Prostate Hyperplasia Di Poliklinik Urologi Rsup Haji Adam Malik Medan. Medan : USU
Pada Pasien Benign Prostate Hyperplasia Di Poliklinik Urologi Rsup Haji Adam Malik Medan. Medan : USU
Farida,L.
2011. Anatomi dan Fisiologi Ginjal.
Semarang : UMS
Frandson,
R.D., 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak.
Yogyakarta : Gajah Mada
University Press
University Press
Gandasoebrata.
2007. Penuntun Labiratorium Klinik.
Jakarta : Dian Rakyat
Harjana,
Tri. 2010. Modul Praktikum Struktur Dan Fisiologi Hewan. Yogyakarta:
UNY
UNY
Hartono.
1992. Histologi Veteriner. Fakultas
Kedokteran Hewan . Bogor : Institut
Pertanian Bogor.
Meyer, D.J. and J.W.
Harvey. 1998. Vete rinary Laboratory Medicin Interpretation and Diagnosis.
Philadelphia : W.B.Saunders
Nursalam,
dkk. 2005. Asuhan keperawatan bayi dan
anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta: Salemba Medika
Panahi
A., Bidaki R., Rezahosseini O. 2010. Validity
and Realibility of Persian Version of
IPSS. Iran: Galen Medical
Pearce,
Evelyn C.2006. Anatomi dan Fisiologis
Untuk Para Medis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Rodrigues
P., Hering F. P., Campagnari J. C. 2008. Impact
of Urodynamic Learning on the Management
of Benign Prostate Hyperplasia Issue. Canada : Canadian Medical
Sardjana,I.K.W dan
Kusumawati,D. 2006. Perbandingan Pemberian Cat Food dan Pindang terhadap pH
Urin, Albuminuria dan Bilirubinuria Kucing. Surabaya: Unair
Speakman
M. J. 2008. Lower Urinary Tract Symptom
Suggestive of Benign Prostate
Hyperplasia (LUTS/BPH) . European : Dept. Urology