TREMATODA
TINJAUAN PUSTAKA
Spesies cacing yang tergolong trematoda ditemukan pada organ pencernaan,
organ genital, dan beberapa organ lainnnya. Morfologi trematoda secara umum
berbentuk pipih, tidak bersegmen, bentuk memanjang seperti daun, berbentuk
telur, kerucut, silindris, dan mempunyai batil isap kepala dan perut. Umumnya
trematoda bersifat hermafrodit, kecuali genus Schistosoma. Hospes definitif spesies trematoda golongan vertebrata
di antaranya manusia, sedangkan hospes perantaranya adalah bangsa keong
(Muslim, 2006)
Cacing dari klas trematoda terbagi ke dalam tiga subklas yaitu :
1.
Subklas
Monogenea, yaitu parasit yang terdapat pada hewan berdarah dingin (ikan, amphibia dan
reptil) sebagian besar merupakan ektoparasit. Siklus hidupnya adalah langsung.
2.
Subklas
Aspidogastrea, subklas
ini hanya memiliki satu famili, Aspidogastridae, bersifat parasit pada ikan,
penyu, moluska atau krustacea. Parasit ini tidak pernah ditemukan pada hewan domestik.
3.
Subklas
Digenea, merupakan
parasit yang menyerang sebagian besar hewan domestic.
Siklus hidupnya membutuhkan satu, dua atau lebih induk
semang antara. Umumnya
bersifat hermafrodit, kecuali Schistosomatidae
dan Dioymozoidae.
Menurut tempat hidupnya, ada 4 penggolongan trematoda, yaitu :
a. Trematoda pembuluh darah: Schistosoma
Japonicum, S. Mansoni,
S.
Haematobium.
b. Trematoda usus: Fasciolopsis buski, Echinostoma
revolutum, E. Ilocanum
c. Trematoda hati: Clonorchis sinensis, Fasciola hepatica, F. gigantica.
d. Trematoda paru: Paragonimus westermani.
A. TREMATODA PEMBULUH DARAH
1. Schistosoma
Japonicum
Manusia merupakan hospes definitif dari Schistosoma joponicum sedangkan babi, anjing, sapi, kucing dan
rodensia merupakan hospes reservoir. Hospes perantara adalah keong air
(Sanlias, 2010)
a Toxonomi
Schistosoma Japonicum
Kingdom : Animalia
Filum :
Platyhelminthes
Kelas :
Trematoda
Subkelas : Digenea
Ordo :
Stringeidida
Genus :
Schistosoma
Spesies : Schistosoma
joponicum
b Morfologi Schistosoma
joponicum
Cacing jantan panjangnya ± 1,5 mm, gemuk, testis 6-8 buah, memiliki batil
isap kepala dan batil isap perut, integumen halus, kanalis ginekoforus. Cacing
betina panjangnya ± 1,9 mm, langsing, ovarium di tengah, uterus berisi telur,
kelenjar vitelaria di posterior, terletak dalam kanalis ginekoforus cacing
jantan. Telur berukuran ± 90 × 70 mikron, memiliki duri kecil, berisi
mirasidium (Prianto dkk, 1995)
Gambar 1: Cacing
Schistosoma joponicum Gambar 2 : telur Cacing
Schistosoma joponicum
Siklus
hidup Schistosoma joponicum
Schistosoma hidup terutama
didalam vena mesenterika superior, dimana tempat ini cacing betina akan
menonjolkan tubuhnya dari yang jantan atau meninggalkan yang jantan untuk
bertelur didalam venula-venula mesenterika kecil pada dinding usus. Telur
berbentuk oval hingga bulat dan memerlukan waktu beberapa hari untuk
berkembang menjadi mirasidium matang didalam kerangka telur. Massa telur
menyebabkan adanya penekanan pada dinding venula yang tipis, yang biasanya
dilemahkan oleh sekresi dari kelenjar histolitik mirasidium yang
masih berada didalam kulit telur. Dinding itu kemudian sobek, dan telur
menembus lumen usus yang kemudian keluar dari tubuh.
Pada infeksi berat, beribu-ribu cacing ditemukan pada pembuluh darah.
Selanjutnya jika kontak dengan siput sesuai, larva menembus jaringan
lunak dalam 5-7 minggu, membentuk generasi pertama dan kedua dari
sporokista. Pada perkembangan selanjutnya dibetuk serkaria yang bercabang.
Serkaria ini dikeluarkan jika siput berada pada atau di bawah permukaan
air. Dalam waktu 24 jam, serkaria menembus kulit. Tertembusnya kulit ini
sebagai hasil kerja dari kelenjar penetrasi yang menghasilkan enzim
proteolitik, menuju aliran kapiler, ke dalam sirkulasi vena menuju jantung
kanan dan paru-paru, terbawa sampai ke jantung kiri menuju sirkulasi sistemik.
Tidak sepenuhnya rute perjalanan ini diambil oleh Schistosoma muda pada migrasi mereka dari paru-paru ke hati. Schistosoma merayap melawan aliran darah
sepanjang arteri pulmonalis, jantung kanan dan vena cava menuju kehati melalui
venahepatica.
Infeksi dapat berlangsung dalam jangka waktu yang tidak terbatas.
Menetasnya telur berlangsung didalam air walaupun dipengaruhi kadar garam,
pH, suhu dan aspek penting lainnya. Migrasi Schistosoma
joponicum dimulai dari masuknya cacing tersebut kedalam pembuluh darah
kecil, kemudian ke jantung dan sistem peredaran darah. Cacing yang sedang
bermigrasi jarang menimbulkan kerusakan atau gejala, tetapi kadang menimbulkan
reaksi hebat pada tubuh penderita.
2. Schistosoma manson
Hospes definitifnya adalah manusia, sedangkan hospes reservoirnya adalah
kera, Baboon dan hewan pengerat. Hospes perantaranya adalah keong air
tawar genus Biomphalaria sp. dan Australorbis
sp. Habitat cacing ini adalah vena kolondan rectum (Sanlias, 2010)
a
Toxonomi Schistosoma manson
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda
Subkelas : Digenea
Ordo : Strigeidida
Genus : Schistosoma
Spesies : Schistosoma
manson
Morfologi Schistosoma manson
Cacing jantan panjangnya ± 1 mm,
gemuk, testis 6-9 buah, kanalis ginekoforus inregumen bertonjolan. Cacing
betina panjangnya ± 1,4 mm, langsing, ovarium terletak pada pertengahan bagian
anterior, terletak dalam kanalis ginekoforus cacing jantan. Telur berukuran ±
155 × 65 mikron, duri besar di lateral, berisi mirasidium (Prianto dkk, 1995)
Gambar 4 :
cacing Schistosoma manson Gambar 5 : telur cacing Schistosoma manson
siklus hidup Schistosoma manson
Hospes terinfeksi oleh serkaria di air tawar melalui penetrasi pada
kulit. Serkaria masuk tubuh melalui sirkulasi vena ke jantung, paru-paru dan
sirkulasi portal. Setelah tiga minggu serkaria matang dan mencapai vena
mesenterika superior usus halus lalu tinggal disana serta berkembang biak.
Telur yang dikeluarkan oleh cacing betina di dalam usus menembus jaringan sub
mukosa dan mukosa lalu masuk kedalam lumen usus dan keluar bersama tinja. Telur
yang berada di air tawar menetas dan melepaskan mirasidium yang kemudian
berenang bebas mencari hospes perantaranya yaitu keong. Dalam tubuh keong
mirasidium berkembang menjadi sporokista 1 dan 2 kemudian menjadi larva
serkaria yang ekornya bercabang. Serkaria selanjutnya akan mencari hospes
definitif dalam waktu 24 jam.
3.
Schistosoma
haeotobium
Hospes definitif dari cacing ini adalah manusia, kera dan baboon. Hospes
perantaranya adalah keong air tawar bergenus Bulinus sp, Physopsis sp, dan Biomphalaria
sp. Cacing ini tidak ditemukan diIndonesia.
a Toxonomi Schistosoma haeotobium
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda
Subkelas : Digenea
Ordo : Strigeidida
Genus : Schistosoma
Spesies : Schistosoma
haeotobium
Morfologi Schistosoma haeotobium
Cacing jantan berukuran 10-15 x 0,8-1 mm, gemuk, memiliki dua batil isap
berotot, yang ventral lebih besar. Di sebelah belakang batil isap ventral,
melipat ke arah ventral sampai ekstremitas kaudal, membentuk kanalis
ginekoporik, terdapat 4-5 buah testis besar. Porus genitalis tepat di
bawah batil isap ventral. Cacing betina panjang silindris, ukuran 20x0,25
mm. Batil isap kecil, ovarium terletak posterior dari pertengahan tubuh.
Uterus mengandung 20-30 telur berkembang
pada saat dalam uterus. Telur berduri.
Gambar 6 :
cacing S. haeotobium Gambar 7 :
telur cacing S. haeotobium
siklus hidup S. haeotobium
Hospes yang terinfeksi melalui air kencing atau kotoran yang
mengandung telur cacing. Telur cacing menetas dan cacing pindah ke keong,
cacing muda pindah dari keong ke hospes. Dengan demikian, hospes yang berenang
di air tempat hospes yang terinfeksi pernah
buang air kecil atau buang air besar, maka ia akan terinfeksi.
Cacing atau serkaria (bentuk infektif dari Schistosoma haematobium) menginfeksi dengan cara menembus kulit
pada waktu hospes masuk kedalam air yang mengandung serkaria. Waktu yang diperlukan
untuk infeksi adalah 5-10 menit. Setelah serkaria menembus kulit, larva
ini kemudian masuk ke dalam kapiler darah, mengalir dengan aliran darah
masuk ke jantung kanan, lalu paru dan kembali ke jantung kiri, kemudian
masuk ke system peredaran darah besar,ke cabang-cabang vena portae dan menjadi
dewasa di hati.
Setelah dewasa, cacing ini kembali ke vena portae dan vena usus atau vena
kandung kemih dan kemudian betina bertelur setelah berkopulasi. Cacing
betina meletakkan telur di pembuluh darah. Telur dapat menembus keluar
dari pembuluh darah, bermigrasi di jaringan dan akhirnya masuk ke lumen usus
atau kendung kemih untuk kemudian ditemukan di dalam tinja atau urine. Telur
menetas di dalam air, dan larva yang keluar disebut mirasidium. Mirasidium ini kemudian
masuk ke tubuh keong air dan berkembang menjadi serkaria.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar