Rabu, 06 Mei 2015

TREMATODA

TREMATODA 

TINJAUAN PUSTAKA

Spesies cacing yang tergolong trematoda ditemukan pada organ pencernaan, organ genital, dan beberapa organ lainnnya. Morfologi trematoda secara umum berbentuk pipih, tidak bersegmen, bentuk memanjang seperti daun, berbentuk telur, kerucut, silindris, dan mempunyai batil isap kepala dan perut. Umumnya trematoda bersifat hermafrodit, kecuali genus Schistosoma. Hospes definitif spesies trematoda golongan vertebrata di antaranya manusia, sedangkan hospes perantaranya adalah bangsa keong (Muslim, 2006)

Cacing dari klas trematoda terbagi ke dalam tiga subklas yaitu :

1.        Subklas Monogenea, yaitu parasit yang terdapat pada hewan berdarah dingin (ikan, amphibia dan reptil) sebagian besar merupakan ektoparasit. Siklus hidupnya adalah langsung.
2.        Subklas Aspidogastrea, subklas ini hanya memiliki satu famili, Aspidogastridae, bersifat parasit pada ikan, penyu, moluska atau krustacea. Parasit ini tidak pernah ditemukan pada hewan domestik.
3.        Subklas Digenea, merupakan parasit yang menyerang sebagian besar hewan domestic. Siklus hidupnya membutuhkan satu, dua atau lebih induk semang antara. Umumnya bersifat hermafrodit, kecuali Schistosomatidae dan Dioymozoidae.
Menurut tempat hidupnya, ada 4 penggolongan trematoda, yaitu :
a.       Trematoda pembuluh darah: Schistosoma Japonicum, S. Mansoni, S. Haematobium.
b.      Trematoda usus: Fasciolopsis buski, Echinostoma revolutum, E. Ilocanum
c.       Trematoda hati: Clonorchis sinensis, Fasciola hepatica, F. gigantica.
d.      Trematoda paru: Paragonimus westermani.


A.      TREMATODA PEMBULUH DARAH
1.      Schistosoma Japonicum
Manusia merupakan hospes definitif dari Schistosoma joponicum sedangkan babi, anjing, sapi, kucing dan rodensia merupakan hospes reservoir. Hospes perantara adalah keong air (Sanlias, 2010)

a        Toxonomi Schistosoma Japonicum

Kingdom         : Animalia
Filum               : Platyhelminthes
Kelas               : Trematoda
Subkelas          : Digenea
Ordo                : Stringeidida
Genus              : Schistosoma
Spesies            : Schistosoma joponicum

    Morfologi Schistosoma joponicum
Cacing jantan panjangnya ± 1,5 mm, gemuk, testis 6-8 buah, memiliki batil isap kepala dan batil isap perut, integumen halus, kanalis ginekoforus. Cacing betina panjangnya ± 1,9 mm, langsing, ovarium di tengah, uterus berisi telur, kelenjar vitelaria di posterior, terletak dalam kanalis ginekoforus cacing jantan. Telur berukuran ± 90 × 70 mikron, memiliki duri kecil, berisi mirasidium (Prianto dkk, 1995)
       
Gambar 1: Cacing Schistosoma joponicum    Gambar 2 : telur Cacing Schistosoma joponicum

      Siklus hidup Schistosoma joponicum         

Schistosoma hidup terutama didalam vena mesenterika superior, dimana tempat ini cacing betina akan menonjolkan tubuhnya dari yang jantan atau meninggalkan yang jantan untuk bertelur didalam venula-venula mesenterika kecil pada dinding usus. Telur berbentuk oval hingga bulat dan memerlukan waktu beberapa hari untuk berkembang menjadi mirasidium matang didalam kerangka telur. Massa telur menyebabkan adanya penekanan pada dinding venula yang tipis, yang biasanya dilemahkan oleh sekresi dari kelenjar histolitik mirasidium yang masih berada didalam kulit telur. Dinding itu kemudian sobek, dan telur menembus lumen usus yang kemudian keluar dari tubuh.
Pada infeksi berat, beribu-ribu cacing ditemukan pada pembuluh darah. Selanjutnya jika kontak dengan siput sesuai, larva menembus jaringan lunak dalam 5-7 minggu, membentuk generasi pertama dan kedua dari sporokista. Pada perkembangan selanjutnya dibetuk serkaria yang bercabang. Serkaria ini dikeluarkan jika siput berada pada atau di bawah permukaan air. Dalam waktu 24 jam, serkaria menembus kulit. Tertembusnya kulit ini sebagai hasil kerja dari kelenjar penetrasi yang menghasilkan enzim proteolitik, menuju aliran kapiler, ke dalam sirkulasi vena menuju jantung kanan dan paru-paru, terbawa sampai ke jantung kiri menuju sirkulasi sistemik. Tidak sepenuhnya rute perjalanan ini diambil oleh Schistosoma muda pada migrasi mereka dari paru-paru ke hati. Schistosoma merayap melawan aliran darah sepanjang arteri pulmonalis, jantung kanan dan vena cava menuju kehati melalui venahepatica.
Infeksi dapat berlangsung dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Menetasnya telur berlangsung didalam air walaupun dipengaruhi kadar garam, pH, suhu dan aspek penting lainnya. Migrasi Schistosoma joponicum dimulai dari masuknya cacing tersebut kedalam pembuluh darah kecil, kemudian ke jantung dan sistem peredaran darah. Cacing yang sedang bermigrasi jarang menimbulkan kerusakan atau gejala, tetapi kadang menimbulkan reaksi hebat pada tubuh penderita.

2.      Schistosoma manson
Hospes definitifnya adalah manusia, sedangkan hospes reservoirnya adalah kera, Baboon dan hewan pengerat. Hospes perantaranya adalah keong air tawar genus Biomphalaria sp.  dan Australorbis sp. Habitat cacing ini adalah vena kolondan rectum (Sanlias, 2010)
a    
           Toxonomi Schistosoma manson
Kingdom         : Animalia
Filum               : Platyhelminthes
Kelas               : Trematoda
Subkelas          : Digenea
Ordo                : Strigeidida
Genus              : Schistosoma
Spesies            : Schistosoma manson

      Morfologi Schistosoma manson
Cacing jantan panjangnya  ± 1 mm, gemuk, testis 6-9 buah, kanalis ginekoforus inregumen bertonjolan. Cacing betina panjangnya ± 1,4 mm, langsing, ovarium terletak pada pertengahan bagian anterior, terletak dalam kanalis ginekoforus cacing jantan. Telur berukuran ± 155 × 65 mikron, duri besar di lateral, berisi mirasidium (Prianto dkk, 1995)
                       

Gambar 4 : cacing Schistosoma manson             Gambar 5 : telur cacing Schistosoma manson  
        
        siklus hidup Schistosoma manson            
Hospes terinfeksi oleh serkaria di air tawar melalui penetrasi pada kulit. Serkaria masuk tubuh melalui sirkulasi vena ke jantung, paru-paru dan sirkulasi portal. Setelah tiga minggu serkaria matang dan mencapai vena mesenterika superior usus halus lalu tinggal disana serta berkembang biak. Telur yang dikeluarkan oleh cacing betina di dalam usus menembus jaringan sub mukosa dan mukosa lalu masuk kedalam lumen usus dan keluar bersama tinja. Telur yang berada di air tawar menetas dan melepaskan mirasidium yang kemudian berenang bebas mencari hospes perantaranya yaitu keong. Dalam tubuh keong mirasidium berkembang menjadi sporokista 1 dan 2 kemudian menjadi larva serkaria yang ekornya bercabang. Serkaria selanjutnya akan mencari hospes definitif dalam waktu 24 jam.
3.      Schistosoma haeotobium
Hospes definitif dari cacing ini adalah manusia, kera dan baboon. Hospes perantaranya adalah keong air tawar bergenus Bulinus sp, Physopsis sp, dan Biomphalaria sp. Cacing ini tidak ditemukan diIndonesia.

a     Toxonomi Schistosoma haeotobium
Kingdom         : Animalia
Filum               : Platyhelminthes
Kelas               : Trematoda
Subkelas          : Digenea
Ordo                : Strigeidida
Genus              : Schistosoma
Spesies            : Schistosoma haeotobium

       Morfologi Schistosoma haeotobium
Cacing jantan berukuran 10-15 x 0,8-1 mm, gemuk, memiliki dua batil isap berotot, yang ventral lebih besar. Di sebelah belakang batil isap ventral, melipat ke arah ventral sampai ekstremitas kaudal, membentuk kanalis ginekoporik, terdapat 4-5 buah testis besar. Porus genitalis tepat di bawah batil isap ventral. Cacing betina panjang silindris, ukuran 20x0,25 mm. Batil isap kecil, ovarium terletak posterior dari pertengahan tubuh. Uterus mengandung  20-30 telur berkembang pada saat dalam uterus. Telur berduri.
                               
Gambar 6 : cacing S. haeotobium                                 Gambar 7 : telur cacing S. haeotobium

        siklus hidup S. haeotobium                                   
Hospes yang terinfeksi melalui air kencing atau kotoran yang mengandung telur cacing. Telur cacing menetas dan cacing pindah ke keong, cacing muda pindah dari keong ke hospes. Dengan demikian, hospes yang berenang di air tempat hospes  yang terinfeksi pernah buang air kecil atau buang air besar, maka ia akan terinfeksi.
Cacing atau serkaria (bentuk infektif dari Schistosoma haematobium) menginfeksi dengan cara menembus kulit pada waktu hospes masuk kedalam air yang mengandung serkaria. Waktu yang diperlukan untuk infeksi adalah 5-10 menit. Setelah serkaria menembus kulit, larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler darah, mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan, lalu paru dan kembali ke jantung kiri, kemudian masuk ke system peredaran darah besar,ke cabang-cabang vena portae dan menjadi dewasa di hati.
Setelah dewasa, cacing ini kembali ke vena portae dan vena usus atau vena kandung kemih dan kemudian betina bertelur setelah berkopulasi. Cacing betina meletakkan telur di pembuluh darah. Telur dapat menembus keluar dari pembuluh darah, bermigrasi di jaringan dan akhirnya masuk ke lumen usus atau kendung kemih untuk kemudian ditemukan di dalam tinja atau urine. Telur menetas di dalam air, dan larva yang keluar disebut mirasidium. Mirasidium ini kemudian masuk ke tubuh keong air dan berkembang menjadi serkaria.



Penulis
Khairul Rizal
1202101010058
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan 
Universitas Syiah Kuala



DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

WRD Puskeswan Kandis gelar vaksinasi rabies

         Drh. Khairul Rizal sedang melaksanakan vaksinasi rabies pada HPR. SIAK (2019). World Rabies Day (WRD) merupakan hari rab...