Ascaris lumbricoides
Taksonomi
Kerajaan:
|
|
Filum:
|
|
Kelas:
|
|
Ordo:
|
|
Famili:
|
|
Genus:
|
|
Spesies:
|
Ascaris
Lumbricoides
Nama binomial Ascaris lumbricoides
Linnaeus, 1758 |
Gambar
6. Ascaris lumbricoides
Morfologi
Ascaris adalah jenis cacing
giling
yang besar. Bibirnya mempunyai peninggian bergigi, tetapi tidak ada interlabia
atau sayap servikal. Ekor cacing jantan berbentuk kerucut, tanpa sayap kaudal
tetapi terdapat sejumlah papila.(Anonimous.2010)
Genus
Ascaris ini merupakan ini merupakan cacing raksasa dinbanding dengan kebanyakan
nematoda.Bibirnya mempunyai peninggian bergerigi , tetapi tidak ada interlabia
atau sayap cervikal.Tidak terdapat ventrikulus di ujung posterior esofagus.
Ekor cacing jantan berbentuk kerucut, tanpa sayaap kaudal tetapi terdapat
sejumlah papila . Spikulum sama besar dan tidak bersayap, serta tidak terdpat
gubernkulum.Vulva terletak di anteerior pertengahan tubuh , vagina mengarah ke
belakang, dan terdapat 2 uterus. Telur mempunyai kulit tebal. (Levine.1994)
Cacing jantan memiliki panjang
sekitar 10-31 cm dan berdiameter 2-4 mm, sedangkan betina memiliki panjang
20-35 cm dan berdiameter 3-6 mm. Pada cacing jantan ditemukan spikula
atau bagian seperti untaian rambut di ujung ekornya (posterior).
Pada cacing betina, pada sepertiga depan terdapat bagian yang disebut cincin
atau gelang kopulasi. Cacing betina memiliki tubulus dan duktus sepanjang
kurang lebih 12 cm dan kapasitas sampai 27 juta
telur. (Gandahusada,dkk.2006)
Cacing dewasa hidup pada usus
halus manusia. Seekor cacing betina dapat bertelur hingga sekitar 200.000 telur
per harinya. Telur yang telah dibuahi berukuran 50-70 x 40-50 mikron. Sedangkan telur yang tak dibuahi, bentuknya lebih besar sekitar 90 x 40
mikron. Telur yang telah dibuahi inilah yang dapat menginfeksi manusia. Telur
cacing A. lumbricoides dilapisi lapisan album Siklus hidup(Gandahusada,dkk.2006)
Siklus hidup
Gambar 7. Siklus
hidup Ascaris lumbricoides
Siklus hidup A. lumbricoides dimulai dari
keluarnya telur bersama dengan feses, yang kemudian mencemari tanah. Telur ini
akan menjadi bentuk infektif dengan lingkungan yang mendukung, seperti
kelembaban yang tinggi dan suhu yang hangat.[2] Telur
bentuk infektif ini akan menginfeksi manusia jika tanpa sengaja tertelan
manusia. (Padmasutra,dkk 2007)
Telur akan masuk ke saluran pencernaan dan telur
akan menjadi larva pada usus. Larva akan menembus usus dan masuk ke
pembuluh darah. Ia akan beredar mengikuti sistem peredaran darah, dimulai dari
pembuluh darah vena, vena portal, vena cava inferior dan akan masuk ke jantung dan ke pembuluh darah di paru-paru. (Padmasutra,dkk 2007)
Pada paru-paru akan terjadi siklus paru dimana
cacing akan merusak alveolus, masuk ke bronkiolus, bronkus, trakea, kemudian di laring dan memicu batuk. Dengan terjadinya batuk larva
akan tertelan kembali masuk ke saluran cerna. Setibanya di usus, larva akan
menjadi cacing dewasa. (Padmasutra,dkk 2007)
Cacing akan menetap di usus dan kemudian
berkopulasi dan bertelur. Telur ini pada akhirnya akan keluar kembali bersama
tinja. Siklus pun akan terulang kembali bila penderita baru ini membuang
tinjanya tidak pada tempatnya. (Padmasutra,dkk 2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar