Torsio Uteri
Torsio uteri adalah perputaran uterus yang sedang bunting pada poros memanjangnya,sering di temukan pada hewan ternak seperti sapi, khususnya sapi perah,domba, kambing, dapat juga terjadi pada anjing dan kucing. Jarang terjadi pada kuda dan babi. Kasus torsio uteri pada saat menjelang kelahiran, mencapai 90% dan biasanya diikuti oleh kesukaran melahiran (distokia). Torsio uteri yang terjadi sebelum bulan ke tujuh masa kebuntingan pada sapi jarang terjadi (Toelihere, 1985).
Menurut Robert(1971) Menurut Robert (1971), kasus torsio uteri dapat mencapai 7,3 % dari kasus penyakit reproduksi yang dijumpai.Torsio uteri banyak terjadi pada hewan unipara yang selalu berada dalam kandang , tetapi jarang terjadi pada hewan polipara.Kasus an polipara.Torsio uteri pada kebanyakan induk hewan , terjadi pada saat menjelang kelahiran .Kasus torsio uteri pada saat menjelang kelahiran mencapai 90% , dan biaanya diikuti dengan distokia(Soehartojo,1995).
Menurut derajatnya, torsio uteri dapat dibagi menjadi dua macam yaitu torsio uteri sempurna, bila perputaran uterus yang bunting pada sumbu memanjang lebih dari 1800, dan torsio uteri yang tidak sempurna bila perputarannya kurang dari 1800. Torsio uteri yang sempurna jarang terjadi. Pada torsio uteri yang perputaran uterusnya mengandung lebih besar dari 1800, jalan kelahiran pada waktu kalahiran menjadi tertutup rapat, sehingga servik dan feotus tidak dapat diraba melalui pearabaan vaginal. Torsio uteri yang sempurna derajat perputaran lebih dari 1800, dapat mengakibatkan kematian feotus dan diikuti oleh proses mumifikasi, karena pada kematian feotus ini tidak disertai infeksi bakteri , pendarahan atau masuknya udara ke dalam rongga uterus.
Laporan dari Robert (1971) menyatakan bahwa torsio uteri ke kanan terjadi bila kebuntingan pada cornua uteri kanan dan arah ke kiri bila cornua uteri kiri yang mengalami kebuntingan. Pada sapi yang bunting, rumen berada disebelah kiri dari perut, cenderung mengalami torsio uteri ke arah kiri. Oleh karena itu torsio uteri ke kanan paling banyak dijumpai dibandingkan torsio kea rah kiri(Soehartojo,1995).
Causa Torsio Uteri
Curvature minor uteri pada kebuntingan tua ditunjang oleh ligamentum lata. Sedangkan curvature mayor,yaitu legokan bagian bawah uterus, bertumpu pada lantai abdomen dan ditopang oleh rumen, viscera dan dinding abdomen. Ujung ovarial cornua uterus bunting merupakan suatu basis yang relatif kecil dan sempit dan berfungsi sebagai tempat uterus bertumpu. Tumpuan ini tidak stabil karena tidak didukung oleh cornua yang satu lagi yang tidak ikut menbesar. Struktur anatomi ini, ditambah dengan gerakan pada waktu sapi berbaring yaitu dengan menumpukan ke dua kaki depan terlebih dahulu dan mengangkat kaki belakangnya terlebih dahulu pada waktu bangkit berdiri sehingga setiap kali hewan itu berbaring atau berdiri uterus bunting menggantung bebas di dalam rongga perut, apabila hewan tiba-tiba terjatuh pada waktu berbaring atau berdiri dapat menyebabkan torsio (Toelihere, 1985).
Simptom torsio uteri
Pada kasus torsio uteri dengan derajat ringan, biasa tidak member gejala yang jelas. Sering dijumpai pada waktu pemeriksaan rectal dan biasanya dapat kembali pada posisi normal dengan sendirinya. Pada derajat yang berat mungkin terjadi selama beberapa hari atau minggu tanpa gejala klinis yang jelas sampai melahirkan dengan gejala distokia. Gejala torsio uteri pada waktu partus dapat menyebebkan distokia sering tidak diketahui oleh si perternak dan disangka bahwa hewan masih dalam tahap pertama proses kelahiran. Sapi tidak tenang, memperlihatkan gejala kolik dengan menendang perut dan mengibaskan ekornya.ruminansi menurun,konstipasi disebabkan kontraksi rumen menjadi pelan dan lemah,denyut nadi menjadi cepat, pernafasan menjadi lebih cepat,badan menjadi lemah, depresi, suhu tubuh menurun sehingga kaki-kakinya terasa dingin (Jones, 1980)
Diagnosa
Dianogsa yang tepat terhadap torsio uteri dapat dilakukan dengan pemeriksaan vaginal atau rectal. Pada torsio ke kanan ligamentum lata akan tertarik ke bawah corpus uteri atau vagina dan ligamentum lata ke kiri tertarik ke servix, corpus uteri dan vagina kearah kanan. Arteria uterine media tertarik tegang.
Derajat ketegangan arteri uterina media dan ligamentum lata menandakan derajat keparahan torsio. Feotus sering sulit diraba, tetapi posisi feotus di dalam uteruspada kebuntingan tua dapat membantu mendiagnosa derajat torsio. Pemeriksaan vaginal menunjukkan adanya perputaran dinding vagina dan stenosa vaginal. Arah perputaran tersebut sesuai dengan arah torsio. Apabila torsio melebihi 1800 sampai 2400 sulit memasukkan tangan melalui saluran kelamin yang terputus.bagian yang terputus biasanya meliputi vagina bagian depan, cervix, dan kadang-kadang corpus uteri (Hardjopranjoto, 1985).
Prognosa
Biasanya sangat tergantung pada derajat torsionya, berat tidaknya gejala yang terlihat, dan lamanya torsio uteri telah terjadi. Bila torsio uteri ringan cepat didiagnosa dan diadakan pertolongan, prognosa dengan baik. Torsio uteri berat bila tidak dilakukan pertolongan cepat maka prognosanya akan jelek, karena pemilik tidak member perhatian. Apabila torsio uteri ini sudah diikuti oleh kematian feotus dan terjadi emfesima atau telah terjadi persobekan dinding uterus disertai oleh peritonitis, prognosanya sangat jelek sekali (Hafez, 1990).
Penanganan
Penanganan distokia karena torsio uteri meliputi beberapa cara yaitu:
a. Cara memutar (menggulingkan) badan induk penderita secara cepat yang arah torsionya berlawanan
b. Laparotomi diikuti pemutaran uterus beserta fetusnya berlawanan arah torsio
c. Seksio sesaria, dilakukan bila torsio uterinya terjadi menjelang melahirkan .cara ini dilakukan untuk pertolongan torsio uteri disertai dengan kematian fetus, mumifikasi fetus.
d. Pemutaran fetus dengan uterusnya melalui jalan kelahiran (taksis vaginalis).
Penulis
Drh. KHAIRUL RIZAL
Daftar Pustaka
Hafez, E.S.E. 1990. Reproduction In Fram Animal 4th ed. Lea And Febiger Philadelhia.
Jones, D.L. 1980. Fundanientals Of Obsetrics And Gynaecology. 3rd Ed. The English Langueage Book Scoiety And Faber Limited.
Mozes, R.T. 1985. Ilmu Kebidanan Pada TernakSapi Dan Kerbau. Penerbut Universitas Indonesia, Jakarta.
Roberts, S.J. 1971. Veteninary obstetrics And Genital disease, Ed. Wards Brother Inc. Ann Arbor, Michigan P.68-111.
Soehartojo, H. 1985. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Penerbit Airlangga universitas, Press. Bandung.