Selasa, 07 April 2015

KRIOPRESERVASI EMBRIO HEWAN TERNAK



Teknologi Reproduksi
KRIOPRESERVASI EMBRIO HEWAN TERNAK





KELOMPOK 5,
KELAS C
ANGGOTA KELOMPOK:




 
                        HESTY HARDIANTY                     1202101010057
                        KHAIRUL RIZAL                            1202101010058
                        ZIAN ULFATURRIZA                     1202101010067
                        M. RIDHAN AKBAR                       1202101010086
                        TEUKU SADIQ ROSA                     1202101010088
                        FUJI NUHRAINI                               1202101010




Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh
2014




KRIOPRESERVASI EMBRIO HEWAN TERNAK


Secara teoritis, kriopreservasi berasal dari kata krio yang berarti beku, dan preservasi yang berarti penyimpanan pada temperatur rendah. Jadi kriopreservasi adalah teknik penyimpanan materi genetik dalam keadaan beku pada temperatur rendah atau suatu teknik penyimpanan sel hewan, tumbuhan dan materi genetika lainnya (termasuk semen dan oosit) dalam keadaan beku melalui reduksi aktivitas metabolisme tanpa mempengaruhi organel-organel di dalam sel, fungsi fisiologi, biologi, dan morfologi.

Kriopreservasi  adalah suatu proses penghentian untuk sementara kegiatan hidup dari sel tanpa mematikan fungsi sel, dimana proses hidup dapat berlanjut setelah pembekuan dihentikan.Teknik kriopreservasi pada berbagai sel, jaringan, dan organ telah banyak dilakukan, demikian juga dengan kriopreservasi embrio. Salah satu cara penyediaan embrio yang telah banyak dilakukan adalah pengawetan dengan metode freezing atau pembekuan dengan cara slow freezing, rapid freezing, dan ultra rapid freezing. Namun, saat ini telah dikembangkan pembekuan embrio dengan metode vitrifikasi yang lebih mudah dilakukan dan jauh lebih sederhana.
Secara umum, mekanisme kriopreservasi merupakan perubahan bentuk fisik timbal balik dari fase cair ke padat dan kembali lagi ke fase cair. Mekanisme fisika kriopreservasi meliputi penurunan temperatur pada tekanan normal disertai dengan dehidrasi sampai tingkat tertentu dan mencapai temperatur jauh di bawah 0oC (-196 oC). Proses ini harus reversibel ke kondisi fisiologis awal. Tujuan kriopreservasi adalah mempertahankan sesempurna mungkin sifat-sifat material biologis terutama viabilitasnya.

PRINSIP KRIOPRESERVASI
Pengeluaran sebagian besar air dari sel-sel sebelum terjadinya pembekuan, sehingga terjadi penurunan volume air dalam sel, perubahan air menjadi es, dan peningkatan konsentrasi larutan di dalam dan di luar sel .


Metode
Secara umum terdapat dua metode pembekuan yang telah dikembangkan, yaitu metode kriopreservasi konvensional dan metode vitrifikasi.
Metode konvensional
Metode konvensional sangat menekankan pada pembekuan lambat, sehingga berpeluang besar terbentuk kristal es. Metode ini memerlukan alat pembekuan terprogram untuk mengatur proses dehidrasi sel dan kecepatan pembekuan.
a)      Step by step freezing method (SLOW FREEZING)
Tahap pemaparan krioprotektan, baik pada waktu penambahan krioprotektan pra pembekuan maupun pada saat pembekuan dan pembilasan dilakukan secara bertahap .
b)      Two step freezing method
Tahap pemaparan dilakukan bertahap sama seperti step by step method, tetapi penurunan suhu langsung dari suhu kamar ke suhu pluging ( - 35 oC)  selama 10 menit selanjutnya benamkan dalam suhu – 196 oC
c)      Rapid freezing method
Tahap pemaparan sama dengan metode step by step, tetapi suhu dari suhu kamar di turunkan ke 4 oC, kemudian dinginkan pada kabut nitrogen selama 10 menit, selanjutnya celupkan dalam lart. nitrogen cair  ( -196 oC)
d)     Ultrapid freezing method
Tahap pemaparan sama dengan metode step by step, tetapi suhu dari suhu kamar di turunkan ke 4 oC selama 10 – 20 menit , kemudian langsung dicelupkan dalam lart. nitrogen cair ( -196 oC)

Metode vitrifikasi
Metode vitrifikasi, pembekuan embrio dilakukan secara cepat pada temperatur -196 oC dengan menggunakan krioprotektan konsentrasi tinggi sehingga dapat menghindari terbentuknya kristal es yang dapat merusak membran sel saat pembekuan. Pembekuan embrio dengan metode ini dapat dilakukan dengan lebih murah (tidak diperlukan peralatan yang mahal), prosedur yang mudah, dan cepat
Prosedur Vitrifikasi
Equilibrasi dan pemaparan embrio dengan medium krioprotektan intraselluler
     Medium krioprotektan intraselluler mengandung 10% gliserol – 20% 1.2. propanodiol dalam PBS. Embrio dipapar dalam medium tersebut pada temperatur kamar selama 10 menit equilibrasi
Pembekuan;
     Setelah pemaparan dengan medium krioprotektan intraselluler, embrio dipindahkan ke medium vitrifikasi ekstraselluler yang terdiri dari atas 25 % gliserol dan 25 % 1.2 propanediol dalam PBS dan siap dikemas dalam straw
     Segera setelah pengemasan ministraw langsung dicelupkan dalam nitrogen cair secara progresif untuk menghindari letupan kristal es sukrosa yang dapat memecahkan straw
Pencairan dan Pembilasan krioprotektan
     Pencairan dilakukan dengan cara memasukan ministraw ke dalam waterbath 30 oC sampai kristal es dalam diluen hilang. Segera setelah hangat seluruh isi straw dikeluarkan ke dalam petridish, biarkan 10 menit equilibrasi pada suhu 37 oC, kemudian embrio dipipet untuk pencucian tiga kali dalam PBS 20 % h.i FCS

Teknik Kriopreservasi

Teknik kriopreservasi dapat dibedakan atas teknik lama (klasik) dan teknik baru :
A.    Teknik lama (klasik)
Teknik ini didasarkan pada freeze-induced dehydration, yaitu dehidrasi yang diinduksi dengan pembekuan pada suhu di bawah titik beku air hingga -40°C. Teknik lama juga disebut teknik pembekuan lambat atau teknik pembekuan dua tahap. Teknik pembekuan dua tahap meliputi inkubasi sel pada krioprotektan dengan total konsentrasi 1-2 M yang menyebabkan dehidrasi moderat dan diikuti oleh pembekuan lambat, misalnya dengan kecepatan 1°C per menit hingga suhu -35°C, lalu pembekuan dalam nitrogen cair dan selanjutnya thawing (pelelehan) .

B.     Teknik baru
Teknik ini didasarkan pada vitrification, yaitu dehidrasi yang diinduksi pada suhu di atas titik beku air.Vitrification (vitrifikasi) adalah fase transisi air dari bentuk cair menjadi bentuk nonkristalin atau amorf, tembus pandang (glassy) karena elevasi ekstrim dari larutan yang viskos selama pendinginan. Teknik vitrifikasi didasarkan pada dehidrasi sel pada suhu non-freezing (tidak beku), yaitu dengan merendam bahan dalam larutan krioprotektan dengan total konsentrasi 5-8 M pada suhu 0-25°C dan diikuti oleh pembekuan dan selanjutnya pelelehan. Macam-macam teknik baru antara lain (1) vitrifikasi, (2) enkapsulasidehidrasi, (3) enkapsulasi-vitrifikasi, (4) desikasi, (5) pratumbuh, (6) pratumbuh-desikasi, dan (7) dropplet-freezing .
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a)      Pada teknik vitrifikasi, bahan diperlakukan dengan senyawa krioprotektif dan dehidrasi dengan larutan vitrifikasi, lalu diikuti dengan pembekuan cepat, pelelehan, dan pembuangan krioprotektan serta pemulihan kultur.
b)      Teknik enkapsulasidehidrasi didasarkan pada teknologi yang telah dikembangkan pada produksi benih sintetik. Pada teknik tersebut, bahan dienkapsulasi pada kapsul alginat, lalu ditumbuhkan pada medium yang diperkaya dengan sukrosa dan dikeringkan secara parsial dalam laminar air flow cabinet atau gel silika hingga kandungan air sekitar 20% dan diikuti oleh pembekuan cepat .
c)      Teknik enkapsulasi-vitrifikasi merupakan kombinasi antara teknik vitrifikasi dan enkapsulasidehidrasi, yaitu bahan dienkapsulasi dengan kapsul alginat, lalu dibekukan dengan teknik vitrifikasi.
d)     Teknik desikasi merupakan teknik yang paling sederhana, yaitu mengeringkan bahan dalam laminar air flow cabinet, gel silika atau flash drying hingga kandungan air 10-20%, kemudian diikuti oleh pembekuan cepat .
e)      Teknik pratumbuh meliputi penanaman bahan ke dalam media yang mengandung krioprotektan, lalu diikuti oleh pembekuan cepat.
f)       Teknik pratumbuh-desikasi dilakukan dengan menanam bahan ke dalam media yang mengandung krioprotektan, lalu mengeringkannya dalam laminar air flow cabinet atau gel silika dan diikuti oleh pembekuan cepat.
g)      Droplet-freezing diawali dengan pra-perlakuan bahan ke dalam media cair yang mengandung krioprotektan, lalu meletakkan pada Al-foil yang disertai dengan droplet krioprotektan dan diikuti oleh pembekuan cepat .

            Teknik lama memerlukan peralatan terprogram yang cukup mahal harganya, sedangkan teknik baru tidak memerlukan peralatan canggih dan prosedurnya relatif lebih mudah. Teknik lama memerlukan peralatan pembekuan, digunakan pada kultur sel, dan lebih sulit diaplikasikan pada unit sel yang lebih besar seperti tunas apikal atau embrio. Teknik lama berhasil diterapkan pada sistem kultur yang tidak terdiferensiasi (suspensi sel dan kalus) dan spesies yang toleran terhadap suhu dingin, namun tidak berhasil diterapkan pada spesies tropis. Teknik vitrifikasi telah berhasil diterapkan pada spesies dengan skala yang lebih luas (tropis dan subtropis) dan sistem kultur yang lebih kompleks (embriosomatik, suspensi sel, dan meristem apikal)
MEKANISME KRIOPRESERVASI
q  Merupakan perubahan bentuk fisik timbal balik dari fase cair ke fase padat (fase beku) dan kembali ke fase cair
q  Mekanisme Fisik Kriopreservasi ini meliputi;
§  Penurunan temperatur dalam keadaan tekanan normal disertai dengan dehidrasi sampai tingkat tertentu dan mencapai temperatur deepfreezing
§  Proses ini harus revelsibel ke keadaan fisiologis
§  Tujuannya mempertahankan sesempurna mungkin sifat-sifat meterial biologis, terutama viabilitasnya
Hal penting terkait keberhasilan pembekuan embrio
Keberhasilan pembekuan embrio tergantung dari jenis embrio melalui upaya manipulasi media (krioprotektan), percepatan derajat pendinginan, pengaturan suhu selama pemaparan, pendinginan, penyimpanan, dan pencairan. Dalam penyedian krioprotektan yang harus diperhatikan adalah faktor konsentrasi.
Pengembangan kembali embrio yang telah dibekukan
Embrio yang telah dibekukan dapat ditumbuh kembangkan kembali secara in vitro melalui metode kultur atau secara in vivo melalui metode transfer embrio
Faktor-faktor yang menyebabkan sel mati karena proses kriopreservasi
v  Kerusakan mekanis dengan timbulnya pembentukan kristal es intraselluler yang dapat mempengaruhi struktur sel. Kerusakan dapat terjadi pada organel dalam protoplasma
v  Adanya dehidrasi dalam suspensi media baik intra maupun ekstraselluler sehingga konsentrasi solute menjadi toksik dan letal. Dehidrasi juga dapat menimbulkan presipitasi, koagulasi, hancurnya struktur molekul, kenaikan permeabilitas dan viskositas serta gangguan keseimbangan ion
v  Perubahan-perubahan fisik-kimiawi diantaranya presipitasi, denaturasi, koagulasi dari protein, disosiasi ion dan kehilangan sifat-sifat adsorbtif ayau sifat pengikat air.

Klasifikasi embrio Pre Pembekuan
Kualitas
Penampilan umum morfologi
A (+++)
Sangat baik
Stadium embrio sesuai dengan yang diantisifasi ( morula, blastosis awal, blastosis ) tidak cacat, zona intak, bentuk bundar sperikal, ikatan antar blastomer erat dan kompak, ukuran sama besar dan simetris, warna agak gelap dan morfologi sel yang utuh
B ( ++ ) Baik
Stadum perkembangan agak retarded  banding dengan sekelompok embrio yang terkoleksi bersama tampak sdikit cacat, seperti keluarnya salah satu blastomer dari ikatan kumpulan blastomer, bentuk simetris,
C ( + ) Cukup
Staium perkembangan biasanya retarded , Cacat bebrapa blastomer keluar, mulai berdegenerasi dan berwarna pucat, ukuran blastomer tidak sama besar atau asimetris 
D ( - ) Jelek
Stadium perkembagan retarded , terlihat kerusakan pada semua sel blastomer, sel blastomer sudah mengalami degenerasi seluler seperti vakuolisasi, granulasi dan debris, sedikit atau tidak  ada sama sekali organisasi sel  dan zona pellusida tampak retak
 


Klasifikasi embrio Pasca Pembekuan
Kualitas
Penampilan umum morfologi
A (+++)
Sangat baik
Embrio masih seperti segar, tidak dapat dibedakan dari embrio yang belum dibekukan
B ( ++ ) Baik
Lebih gelap dari normal, masih memiliki ukuran dan bentuk seperti  embrio segar
C ( + ) Cukup
Tampak jelas lebih gelap dan lebih kecil dari normal, material yang gelap keluar dari massa sel, vesikuler, inclusion tampak jelas, zona kelihat retak dengan batas jelas atau kabur
D ( - ) Jelek
Warna gelap, bentuk irreguler, 1 atau beberapa masa hitam kecil, granular, vesiculer inclusion keluar besar, zona retak dan bentuk irreguler, blastomer mebran kabur, kadang kala blastomer bulat tetapi tidak saling melekat dengan blastomer sekitarnya
E ( mati ) dead
Biasanya bentuk irreguler, zona rusak berat, blastomer-blastomer terlalu terang atau gelap, bentuk embrio irregular karena sering kehilangan bagian luar membran, masa sitoplasma sangat sedikit dan tidak ada organisasi sel dengan jarak yang jauh dalam sitoplasma

 


KEUNTUNGAN KRIOPRESERVASI EMBRIO
      Embrio dapat disimpan dalam jangka waktu tidak terbatas
      Embrio dapat dikoleksi sepanjang tahun dan ditransperkan pada musim-musim kawin
      Surplus embrio dapat disimpan dan ditransferkan pada resifien yang akan tersedia
      Jenis-jenis embrio yang berada dalam ambang kepunahan dapat dipreservasi atau pelestarian plasma nutfah
      Sebagian embrio dapat dibekukan dan ditransferkan


KERUGIAN KRIOPRESERVASI EMBRIO
      Biaya tambahan untuk peralatan pembekuan dan tenaga teknisi terlatih, trampil untuk mengoperasikan alat
      Hanya embrio yang berkualitas bagus yang cocok dan dapat dibekukan
      Sekitar 1/10 embrio beku yang telah dicairkan akan mengalami kerusakan berat karena alasan kriopreservasi.
KESIMPULAN
Kriopreservasi embrio adalah suatu proses penghentian untuk sementara kegiatan hidup dari sel tanpa mematikan fungsi sel, dimana proses hidup dapat berlanjut setelah pembekuan dihentikan. Secara umum terdapat dua metode pembekuan yang telah dikembangkan, yaitu metode kriopreservasi konvensional dan metode vitrifikasi.
Secara umum, mekanisme kriopreservasi merupakan perubahan bentuk fisik timbal balik dari fase cair ke padat dan kembali lagi ke fase cair. Mekanisme fisika kriopreservasi meliputi penurunan temperatur pada tekanan normal disertai dengan dehidrasi sampai tingkat tertentu dan mencapai temperatur jauh di bawah 0oC (-196 oC). Proses ini harus reversibel ke kondisi fisiologis awal. Tujuan kriopreservasi adalah mempertahankan sesempurna mungkin sifat-sifat material biologis terutama viabilitasnya.
            Adapun keuntungan kriopreservasi embrio ialah embrio dapat disimpan dalam jangka waktu tidak terbatas , embrio dapat dikoleksi sepanjang tahun dan ditransperkan pada musim-musim kawin , surplus embrio dapat disimpan dan ditransferkan pada resifien yang akan tersedia, jenis-jenis embrio yang berada dalam ambang kepunahan dapat dipreservasi atau pelestarian plasma nutfah, sebagian embrio dapat dibekukan dan ditransferkan.
Kerugian kriopreservasi embrio ialah biaya tambahan untuk peralatan pembekuan dan tenaga teknisi terlatih, trampil untuk mengoperasikan alat, hanya embrio yang berkualitas bagus yang cocok dan dapat dibekukan, sekitar 1/10 embrio beku yang telah dicairkan akan mengalami kerusakan berat karena alasan kriopreservasi.






                                                                      DAFTAR PUSTAKA


pada tanggal 2 Desember 2014
Fulton, J.E. 2006. Avian genetic stock preservation: Anindustry perspective. Poult. Sci. 85:     227 – 231
Rall, W.F. 1992. Cryopreservation of oocytes and embryos : methods and application Ani. Repord, Sci., 28 : 237 - 245.
Suprianata, I. dan F.H. Pasaribu. 1992. In Vitro Fertization, Transfer Embrio dan Pembekuan Embrio.
Bogor : IPB

 





Tidak ada komentar:

WRD Puskeswan Kandis gelar vaksinasi rabies

         Drh. Khairul Rizal sedang melaksanakan vaksinasi rabies pada HPR. SIAK (2019). World Rabies Day (WRD) merupakan hari rab...