Paper
Farmakologi II Veteriner
Antibiotik Menghambat
Sintesis Protein
OLEH
Nama :
Khairul Rizal
NIM :
1202101010058
Kelas :
A
Program
Studi Pendidikan Dokter Hewan
Fakultas
Kedokteran Hewan
Universitas
Syiah Kuala
2014
Pendahuluan
Antibiotik
Antibiotika adalah zat yang dihasilkan
oleh suatu mikroba, terutama fungi/jamur, yang dapat menghambat atau dapat
membasmi mikroba jenis lain.Antibiotik merupakan senyawa kimia yang dihasilkan
oleh berbagai jasad renikkuman, jamur, yang memiliki khasiat menghentikan atau
membunuh jasad renik lainnya.
Antibiotik adalah bahan kimia yang dihasilkan oleh mikroba yang dalam konsentrasi tertentu mempunyai kemampuan menghambat atau membunuh mikroba lain. Pada perkembangannya bahan yang dapat dikelompokkan sebagai antibiotik bukan hanya hasil alamiah saja, akan tetapi bahan-bahan semisintetik yang merupakan hasil modifikasi bahan kimia antibiotik alam. .(Subronto,dkk.2007)
Antibiotik telah lama digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri . Secara drastis antibiotik ini mampu menurunkan kematian yang disebabkan oleh infeksi bakteri, hingga penggunaannya menjadi meningkat. Walaupun penggunaan antibiotik ini mampu membunuh maupun menghambat pertumbuhan bakteri namun dapat menjebabkan terjadinya resistensi bakteri terhadap suatu antibiotik apabila penggunaannya tidak mengikuti kaidah yang telah ditentukan. Dalam hal ini timbulnya resistensi akan menyebabkan penurunan efektifitas antibiotik.
Proses Sintesis Protein
Sintesis protein terdiri dari dua
bagian utama – transkripsi dan translasi. Proses ini melibatkan asam
ribonukleat (RNA), asam deoksiribonukleat (DNA) dan satu set enzim. Semua jenis
asam ribonukleat, yaitu asam ribonukleat messenger (mRNA), asam ribonukleat
ribosom (rRNA) dan transfer asam ribonukleat (tRNA) yang diperlukan untuk
sintesis protein.
Obat yang
termasuk dalam kelompok ini adalah golongan aminoglikosida, makrolida,
linkomisin, tetrasiklin dan kloramfenikol. Untuk
kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein. Sintesis protein
protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada
bakteri ribosom terdiri atas dua sub unit, yang berdasarkan konstanta
sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 3OS dan 5OS. Untuk berfungsi pada sintesis
protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi
ribosom 7OS. (Subronto,dkk.2007)
Tetrasiklin
Tetrasiklin
merupakan kelompok antibiotika yang dihasilkan oleh jamur Sterptomices
aureofaciens.Yang sangat banyak digunakan adalah klortetrasiklin,oksitetrasiklin,
dan tetrasiklin. (Subronto,dkk.2007)
Tetrasiklin
yang biasa digunakan dalam Kedokteran Hewan antara lain :
o
Demeklosisiklin
o
Doksisiklin
o
Metasiklin
o
Rolitetrasiklin
o
Sansilklin(Subronto,dkk.2007)
Mekanisme Kerja
Tetrasiklin
bersifat bakteriostatik , dengan jalan menghambat sintesis protein dengan cara
mengikat ribosoma sel kuman 30 S hingga
mencegah terbentuknya amino-asetil-RNA. (Subronto,dkk.2007)
Kerjaan antibakterial
Tetrasiklin merupakan antibiotika
yang sifatnya bakteriostatik dengan daya jangkauan spektrum luas. Tetrasiklin
terhadap kuman Gram negatif umumnya cukup peka meliputi E. Coli, Shigella,
Salmonella, Proteus, dan Pseudomonas. (Subronto,dkk.2007)
Kegunaaan Klinis
1. Hewan
Kecil
Tetrasiklin
digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi oleh kuman Gram positif maupun
negatif,terutama penyakit saluran perkencingan ,pernafasan, leptosirosis dan
lain- lain. Dosis adalah sebagai
berikut : 6-8 mg/kg Bbuntuk IV atau IM, 2 kali sehari. Dosis peroral : 10-15
mg/kg BB, 3 kali sehari. (Subronto,dkk.2007)
2. Hewan
Besar
Tetrasiklin
hampir selalu diberikan secara suntikan untuk mengatasi berbagai penyakit
infeksi, misalnya, metritis, pneumonia, mastitis, enteritis, antraks,dan
lain-lain.
3. Untuk
babi
Untuk
mengatasi radang usus, paru, dan lain-lain.
4. Untuk
unggas
Tetrasiklin
digunakan untuk mengatasi penyakit CRD, sinusitis, dan eripclas.
5. Penggunaan
topikal
Tetrasiklin
digunakan untuk mengatasi radang infeksi kulit, dikemas dalam betuk salep 1
%.Untuk pengobatan opthalmik.Untuk pengobatan penyakit pink eye. (Subronto,dkk.2007)
Kloramfenikol
Kloramfenikol
merupakan antibiotika berspektrum luas yang semula berasal dari jamur
Sterptomices venezuelae. (Subronto,dkk.2007)
Mekanisme Kerja
Kloramfenikol berikatan dengan subunit 50 S
ribosom. Kloramfenikol menghambat ikatan asam amino baru rantai peptida yang
memanjang , karena Kloramfenikol menghambat enzim peptidil transferase.
Kloramfenikol bersifat bakteriostatik dan bakteri bisa tumbuh lagi jika
pengaruh obat hilang. (Subronto,dkk.2007)
Penggunaan Klinis
Kloramfenikol
berdaya jangkauan luas terhadap kuman-kuman Gram positi dan negatif. Berbagai
kuman Stafilokokus , streptokokus, Shegella dan lain-lain.Telah dibuktikan kloramfenikolmsangat
baik digunakan untuk mengatasi infeksi kuman Aerobakter aerogenes dan E. Coli
saluran perkencingan. (Subronto,dkk.2007)
Kanamycin (Kanamisin)
Kanamisin sulfat bersifat
bakterisida terhadap kuman-kuman E.coli , Klebsiella, Mikobacteria, Proteus,
Salmonella, Safilokokus, dan Campylobacter.
Mekanisme Kerja
Kanamisin adalah
suatu antibiotika makrolida yang digunakan untuk mengatasi penyakit infeksi. Obat ini tersedia untuk pasien dalam bentuk oral
ataupun injeksi. Kanamisin mempengaruhi 30S subunit ribosom yang menyebabkan
mutasi dan mencegah translasi RNA. Akibatnya bukan codon CAT, tetapi codon ATG
yang dibaca oleh aminoacyl tRNA (aa-tRNA). Aminoacyl tRNA sudah tentu akan
membawa asam amino yang berbeda karena anticodon aa-tRNA yang berbeda. Akibat
selanjutnya maka sintesis protein hasil dari cetakan asam amino hasil kesalahan
codon menjadi salah dan terus diperbanyak secara salah. Protein ini justru
merusak dan membunuh bakteri itu sendiri. Sifat kanamisin seperti ini dan
bersifat kurang selektif hanya terhadap bakteri saja, tentu akan mengganggu
kehidupan sel inang (host) dan muncul sebagai efek samping yang toksik,
terutama indera pendengaran (tuli atau bunyi berdenging), organ ginjal dan
reaksi alergi.
Indikasi:
Septikemia, infeksi saluran nafas, meningitis, infeksi saluran kemih
yang berkomplikasi, gonore yang resisten terhadap penisilin, antituberkulosa
sekunder, disentri basiler, diare akut, dan infeksi usus lain.
Dosis
Dosis
umumnyaa yang dianjurkan adalah antara 5-12 mg/kg BB, dengan interval 12 jam.
Untuk anjing dan kucing dosis IM adalah 15 mg/kg BB/hari dan disuntikkan 3
kali. Pada pedet dosis 10 mg/kg BB secara IM. Pada sapi dara dengan dosis 3-5
mg/kg BB disuntikkan IM.(Subronto,dkk.2007)
Streptomisin
Streptomisin, suatu aminoglikosida, diperoleh dari Streptomyces
griseus (1944). Senyawa ini berkhasiat
bakterisid terhadap banyak kuman Gram-negatif dan Gram-positif. Termasuk M.
tuberculosa dan beberapa M.atipis. Streptomisin khusus aktif
terhadap mycobacteria ekstraseluler yang sedang membelah aktif dan pesat.
Mekanisme
kerja
Berdasarkan penghambatan sintesa protein kuman dengan jalan pengikatan
pada RNA ribosomal. Antibiotic ini toksisitas untuk organ pendengaran dan
keseimbangan..
Indikasi
Tuberkulosis, dalam bentuk kombinasi dengan obat lain, bersama
dengan doksisiklin pada pengobatan brucellosis, enterococcal endokarditis.
Streptomisin saat ini semakin jarang digunakan kecuali untuk kasus resistensi.
Daftar
Pustaka
Subronto ,
Tjahajati.2007.Ilmu Penyakit Ternak III ( mamalia).Yogyakarta.UGM Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar