Kamis, 01 Januari 2015

Antibiotik Menghambat Sintesis Protein


Paper Farmakologi II Veteriner

Antibiotik Menghambat Sintesis Protein



Lambang_Universitas_Syiah_Kuala.gif










OLEH


 Nama             : Khairul Rizal                      
 NIM               : 1202101010058
 Kelas              : A




Program Studi Pendidikan Dokter Hewan
Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Syiah Kuala
2014




Pendahuluan

Antibiotik
Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi/jamur, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain.Antibiotik merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh berbagai jasad renikkuman, jamur, yang memiliki khasiat menghentikan atau membunuh jasad renik lainnya.

 Antibiotik adalah bahan kimia yang dihasilkan oleh mikroba yang dalam konsentrasi tertentu mempunyai kemampuan menghambat atau membunuh mikroba lain. Pada perkembangannya bahan yang dapat dikelompokkan sebagai antibiotik bukan hanya hasil alamiah saja, akan tetapi bahan-bahan semisintetik yang merupakan hasil modifikasi bahan kimia antibiotik alam. .(Subronto,dkk.2007)

Antibiotik telah lama digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri . Secara drastis antibiotik ini mampu menurunkan kematian yang disebabkan oleh infeksi bakteri, hingga penggunaannya menjadi meningkat. Walaupun penggunaan antibiotik ini mampu membunuh maupun menghambat pertumbuhan bakteri namun dapat menjebabkan terjadinya resistensi bakteri terhadap suatu antibiotik apabila penggunaannya tidak mengikuti kaidah yang telah ditentukan. Dalam hal ini timbulnya resistensi akan menyebabkan penurunan efektifitas antibiotik.

Proses Sintesis Protein

Sintesis protein terdiri dari dua bagian utama – transkripsi dan translasi. Proses ini melibatkan asam ribonukleat (RNA), asam deoksiribonukleat (DNA) dan satu set enzim. Semua jenis asam ribonukleat, yaitu asam ribonukleat messenger (mRNA), asam ribonukleat ribosom (rRNA) dan transfer asam ribonukleat (tRNA) yang diperlukan untuk sintesis protein.
Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah golongan aminoglikosida, makrolida, linkomisin, tetrasiklin dan kloramfenikol. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein. Sintesis protein protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri ribosom terdiri atas dua sub unit, yang berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 3OS dan 5OS. Untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 7OS. (Subronto,dkk.2007)
Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan kelompok antibiotika yang dihasilkan oleh jamur Sterptomices aureofaciens.Yang sangat banyak digunakan adalah klortetrasiklin,oksitetrasiklin, dan tetrasiklin. (Subronto,dkk.2007)
Tetrasiklin yang biasa digunakan dalam Kedokteran Hewan antara lain :
o   Demeklosisiklin
o   Doksisiklin
o   Metasiklin
o   Rolitetrasiklin
o   Sansilklin(Subronto,dkk.2007)

Mekanisme Kerja
Tetrasiklin bersifat bakteriostatik , dengan jalan menghambat sintesis protein dengan cara mengikat ribosoma sel kuman 30 S hingga mencegah terbentuknya amino-asetil-RNA. (Subronto,dkk.2007)
Kerjaan antibakterial
            Tetrasiklin merupakan antibiotika yang sifatnya bakteriostatik dengan daya jangkauan spektrum luas. Tetrasiklin terhadap kuman Gram negatif umumnya cukup peka meliputi E. Coli, Shigella, Salmonella, Proteus, dan Pseudomonas. (Subronto,dkk.2007)
Kegunaaan Klinis
1.      Hewan Kecil
Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi oleh kuman Gram positif maupun negatif,terutama penyakit saluran perkencingan ,pernafasan, leptosirosis dan lain- lain. Dosis adalah sebagai berikut : 6-8 mg/kg Bbuntuk IV atau IM, 2 kali sehari. Dosis peroral : 10-15 mg/kg BB, 3 kali sehari. (Subronto,dkk.2007)


2.      Hewan Besar
Tetrasiklin hampir selalu diberikan secara suntikan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi, misalnya, metritis, pneumonia, mastitis, enteritis, antraks,dan lain-lain.

3.      Untuk babi
Untuk mengatasi radang usus, paru, dan lain-lain.

4.      Untuk unggas
Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi penyakit CRD, sinusitis, dan eripclas.

5.      Penggunaan topikal
Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi radang infeksi kulit, dikemas dalam betuk salep 1 %.Untuk pengobatan opthalmik.Untuk pengobatan penyakit pink eye. (Subronto,dkk.2007)
Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan antibiotika berspektrum luas yang semula berasal dari jamur Sterptomices venezuelae. (Subronto,dkk.2007)
Mekanisme Kerja
 Kloramfenikol berikatan dengan subunit 50 S ribosom. Kloramfenikol menghambat ikatan asam amino baru rantai peptida yang memanjang , karena Kloramfenikol menghambat enzim peptidil transferase. Kloramfenikol bersifat bakteriostatik dan bakteri bisa tumbuh lagi jika pengaruh obat hilang. (Subronto,dkk.2007)
Penggunaan Klinis
            Kloramfenikol berdaya jangkauan luas terhadap kuman-kuman Gram positi dan negatif. Berbagai kuman Stafilokokus , streptokokus, Shegella dan lain-lain.Telah dibuktikan kloramfenikolmsangat baik digunakan untuk mengatasi infeksi kuman Aerobakter aerogenes dan E. Coli saluran perkencingan. (Subronto,dkk.2007)


Kanamycin (Kanamisin)
Kanamisin sulfat bersifat bakterisida terhadap kuman-kuman E.coli , Klebsiella, Mikobacteria, Proteus, Salmonella, Safilokokus, dan Campylobacter.

Mekanisme Kerja
Kanamisin adalah suatu antibiotika makrolida yang digunakan untuk mengatasi penyakit infeksi. Obat ini tersedia untuk pasien dalam bentuk oral ataupun injeksi. Kanamisin mempengaruhi 30S subunit ribosom yang menyebabkan mutasi dan mencegah translasi RNA. Akibatnya bukan codon CAT, tetapi codon ATG yang dibaca oleh aminoacyl tRNA (aa-tRNA). Aminoacyl tRNA sudah tentu akan membawa asam amino yang berbeda karena anticodon aa-tRNA yang berbeda. Akibat selanjutnya maka sintesis protein hasil dari cetakan asam amino hasil kesalahan codon menjadi salah dan terus diperbanyak secara salah. Protein ini justru merusak dan membunuh bakteri itu sendiri. Sifat kanamisin seperti ini dan bersifat kurang selektif hanya terhadap bakteri saja, tentu akan mengganggu kehidupan sel inang (host) dan muncul sebagai efek samping yang toksik, terutama indera pendengaran (tuli atau bunyi berdenging), organ ginjal dan reaksi alergi.

Indikasi:
Septikemia, infeksi saluran nafas, meningitis, infeksi saluran kemih yang berkomplikasi, gonore yang resisten terhadap penisilin, antituberkulosa sekunder, disentri basiler, diare akut, dan infeksi usus lain.

Dosis
Dosis umumnyaa yang dianjurkan adalah antara 5-12 mg/kg BB, dengan interval 12 jam. Untuk anjing dan kucing dosis IM adalah 15 mg/kg BB/hari dan disuntikkan 3 kali. Pada pedet dosis 10 mg/kg BB secara IM. Pada sapi dara dengan dosis 3-5 mg/kg BB disuntikkan IM.(Subronto,dkk.2007)



Streptomisin
Streptomisin, suatu aminoglikosida, diperoleh dari Streptomyces griseus (1944). Senyawa ini berkhasiat bakterisid terhadap banyak kuman Gram-negatif dan Gram-positif. Termasuk M. tuberculosa dan beberapa M.atipis. Streptomisin khusus aktif terhadap mycobacteria ekstraseluler yang sedang membelah aktif dan pesat.

Mekanisme kerja
            Berdasarkan penghambatan sintesa protein kuman dengan jalan pengikatan pada RNA ribosomal. Antibiotic ini toksisitas untuk organ pendengaran dan keseimbangan..

Indikasi
            Tuberkulosis, dalam bentuk kombinasi dengan obat lain,  bersama dengan doksisiklin pada pengobatan brucellosis, enterococcal endokarditis. Streptomisin saat ini semakin jarang digunakan kecuali untuk kasus resistensi.













Daftar Pustaka
Subronto , Tjahajati.2007.Ilmu Penyakit Ternak III ( mamalia).Yogyakarta.UGM Press

WRD Puskeswan Kandis gelar vaksinasi rabies

         Drh. Khairul Rizal sedang melaksanakan vaksinasi rabies pada HPR. SIAK (2019). World Rabies Day (WRD) merupakan hari rab...