Senin, 08 Desember 2014

TES FUNGSI HATI


TES FUNGSI HATI

           

Pendahuluan
Hati merupakan organ pusat metabolisme. Hal ini di dukung oleh letak anatomisnya.Hati menerima pendarahan dari sirkulasi sistemik melalui arteri hepatika dan menampung aliran darah dari sistem porta yang mengandung zat makanan yang diabsorbsi oleh usus.Karena itu fungsi organ hati penting diketahui dalam menilai kesehatan orang(Winkel P,1975;Pincus MR,2007).
Fungsi Hati banyak jenisnya , mengenai metabolisme hampir semua zat makanan yaitu,karbohidrat, protein, lipid,vitamin,mineral, dan hormon.(LeeWM,2003;Dufour DR,2000)Fungsi hati dapat dibedakan dalam fungsi sintesis(glikogenesis,albumin,faktor-faktorkoagulasi,fosfolipid,kolestrol,trigliserida,apolipoprotein,lipoprotein,enzim,lecithinecholestrolacyl trasferase(LCAT),ekskresi (asam empedu,garam empedu,pigmen empedu dan obat-obatan)detoksikasi(amoniak,bilirubin),penyimpanan(vitamin A,D,B12,mineral, Fe dan Cu),filtrasi fagositosis (zat toksik dan bakteri oleh sel kuffer),dan katbolisme (hormon estrogen ,obat-obatan).(Dufour DR,2000;Pincus MR,2007).
Oleh karena banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi hati, maka sulit getahui dan menetapkan besarnya jaringan hati yang sakit, apakah proses dalam hati difus atau lokal sulit untuk ditentukan Sebagai contoh, suatu yang difus meskipun kecil, akan menyebabkan depresi fungsi hati yang nvata dengan nekrosis yang fal (focal necrosis). Jadi, dapat ditekankan bahwa. ada proses patologis dalam hati, tetapi mungkin saja tidak ditemukan adanya dan hasil uji fungsi hati.
Tes laboratorium sering kali digunakan untuk memastikan diagnosis (bersama-sama dengan riwayat kesehatan dan pemeriksaan jasmani) serta untuk memantau penyakit dan pengobatan. Banyak tes laboratorium untuk mengukur kadar enzim. Ini karena bila jaringan rusak, sel mati dan enzim dilepas ke dalam darah. Kadar enzim ini diukur, dan tes ini sering kali disebut tes fungsi hati. Sistem organ yang serumit hati akan sering dinilai dengan menggunakan beberapa tes. Ini karena lebih dari satu sistem dapat melepaskan enzim yang sama bila jaringan rusak. Oleh karena itu, untuk menentukan bagaimana hati bekerja, dan apa yang mungkin menyebabkan masalah, ada beberapa tes yang mungkin dilakukan bersama dan secara kolektif yang disebut “tes fungsi hati.”



Fungsi Hati
1.      Berperan dalam pembentukan dan ekskresi empedu.
2.      Berperan pada metabolisme mekronutrien ( kerbohidrat, protein, dan lemak)
3.      Menyimpan vitamin dan mineral.Terutama vitamin yang larut dalam lemak (A,D,E,K) disimpan di hati ,vitamin B 12,tembaga dan FE)
4.      Metabolisme steroid (Hati mengaktifkan dan mensekresi aldosteron,glucocorticoid,estrogen,progesteron, dan testosteron)
5.      Detoksikasi
Hepar mendetoksikasi banyak produk metabolik serta obat dan toksin, sering sebelum di ekskresikan ke dalam urin .Proses detoksikasi melibatkan perubahan kimia,dan/atau terutama dengan asa glucornat, glisin, atau sulfat.(Baron DN.1982)
6.      Berfungsi sebagai gudang darah dan filttrasi
Pada gagal jantung, hati jadi membengkak secara pasif oleh karena banyaknya darah . Sedangkan sel kuffer pada sinusoid berfungsi menyaring bakteri dan bahan berbahaya lain dari darah portal melalui fagositsis.(Retno B.dkk.2010)


Pertimbangan fungsi hati

Kurang lebih 70-80% kapasitas fungsi hati dapat hilang sebelum timbul gejala-gejala klinik atau laboratorik vang mengindikasikan adanya abnormalitas hati. Hati mempunyai kemampuan tinggi untuk regenarasi dan mengembalikan fungsinya kearah semula. maka gangguan fungsi hati baru akan imbul bila terjadi kerusakan hati yang nebal. Uji biokimia serum yang digunakan untuk deteksi penvakil hail lebih sering disebut dengan uji fungsi hati. akan tetapi sebenarnya yang diukur hanya sebuah fungsi hati yang spesifik. Uji fungsi hati tidak dapat menggambarkan keadaan seluruh organ. karena banyaknya fungsi hati dan uji fungsi hati sangat dipengaruhi oleh berbagai macam keadaan patologis dari luar hati. Oleh karena kemampuan regenerasi hati samat besar, maka interpretasi hasil uji fungsi hati harus dilakukan dalam interval waktu yang pendek.

Klasifikasi Tes Fungsi Hati
            Secara umum, tes fungsi hati bias membantu mengevaluasi kesehatan hati dan mengindikasi kemungkinan penyakit lain seperti malnutrisi ataupun penyakit tulang. Pada umumnya, tes fungsi hati termasuk dalam kelompok tes darah yang bertujuan untuk mengukur enzim atau protein tertentu dalam darah. Tes ini dapat membantu mendeteksi, mengevaluasi, dan memonitor penyakit atau kerusakan hati. Peningkatan atau penurunan kadar protein dan enzim tertentu dalam darah di luar kadar normal mengindikasikan adanya masalah di hati.( Widjaja B.2014).
Tes yang digunakan untuk mengukur kapasitas fungsi dari hati bergantung pada kombinasi berbagai aktivitas enzimatik yang dipengaruhi oleh suplai intraselular dari substrat,oksigen dan energi.Banyak faktor yang mungkin berubah secara kualitatif dan kuantitatif tanpa disertai perubahan organ secara histologis.(Coles,1986).

Berbagai test fungsi hati antara lain :
1.        Tes berdasarkan sekresi dan ekskresi (pigmen empedu,crearence dari substansi asing dari serum).
2.        Tes yang bergantung dari fungsi biokimianya ( tes metabolisme protein, metabolisme karbohidrat, metabolisme lipida) dan
3.        Tes berdasarkan aktivitas enzim dalam serum (transamilase, alkalin fostase, dan enzin-enzim lain). (Adji d,2009)
4.        Biopsi hati

Pembahasan
1.      Tes berdasarkan sekresi dan ekskresi
A.    Pigmen empedu
Pigmen empedu yang terdapat dalam plasma adalah bilirubin. Bilirubin merupakan komponen dari cairan pencernaan (empedu) yg dihasilkan oleh hati. Senyawa ini adalah hasil penguraian sel darah merah oleh hati atau perombakan dari hemoglobin. Kadar bilirubin dapat meningkat jika hati tidak berfungsi atau ada kelebihan sel darah merah yang dihancurkan. Kadarnya juga dapat meningkat jika ada sumbatan pada saluran yang mengalirkan cairan empedu dari hati. Pada urin individu normal mengandung pigmen empedu yang disebut dengan urobilinogen sedangkan didalam feses disebut dengan stercobilinogen. Tes air seni atau feses terhadap urobilinogen dan stercobilin dapat bermanfaat untuk menentukan apakah gejala yang dirasakan berhubungan dengan penghancuran sel darah merah, penyakit hati atau saluran yang tersumbat.
Didalam peredaran pigmen empedu pada sirkulasi darah terdapat pigmen empedu yang bersifat tidak larut dalam air karena pigmen ini masih terikat dengan protein plasma yang disebut dengan bilirubin non konyugasi atau bilirubin bebas, sedangkan pigmen empedu yang terikat dengan protein plasma disebut dengan bilirubin konyugasi.
Pada hewan normal peredaran pigmen empedu atau Bilirubin dalam sirkulasi enterohepatik, urobilinogen didalam urin dan stercobilin dalam feses akan berwarna kekuning-kuningan, ini disebabkan karena tidak adanya peningkatan dari bilirubin.
B.            Crearence dari substansi asing dari serum
Pemberian zat warna kedalam tubuh hewan dapat dilakukan untuk melihat adanya gangguan pada hati. Zat warna tersebut diinjeksikan kedalam tubuh hewan lalu darahnya diambil dan diukur kadar zat warna tersebut dalam darah pada interval tertentu, mangkin lama zat warna tersebut hilang atau berkurang dari darah menunjukan adanya nekrosis hepatic atau fibrosin hepatic. Ini disebabkan karena berkurangnya parenkim hati, aliran darah dalam hati atau kedua-duanya.
Tes clearence zat warna yang sering dipakai dibidang kedokteran hewan antara lain yaitu :
·                    BSP (Bromsulphalein)
Tes clearance BSP atau Sulfobromophthalein sering digunakan untuk indeks fungsi hati pada hewan piaraan. Jika disuntik melalui intra vena zat warna ini cepat diserap oleh sel-sel hati dan dipekatkan untuk disekresikan kedalam empedu. Pada anjing normal retensi BSPnya 5-10 % dalam waktu 30 menit. Apabila retensi lebih lama maka akan dijumpai penyakit hati misalnya hepatik lipidosis, periportal fibrosis, fokal hepatis, hepatitis infeksius, DM, leukemia, ulcerativ duodenitis, gastroenteritis, enteritis hemoragi karena koksidia, berkurangnya aliran darah ke hati akibat dekompensasi jantung, dehidrasi dan shock.Tes zat warna tersebut diatas tidak baik dipakai jika ada ikterus yang disertai kadar bilirubin yang tinggi karena zat-zat tersebut berkompetisi dengan bilirubin .


2.      Tes yang bergantung dari fungsi biokimianya
A.    Tes metabolisme protein,
Protein plasma merupakan bagian utama zat plasma campuran yang sangat kompleks, tidak hanya terdiri dari protein sederhana (polipetida) tetapi juga untuk protein campuran, yang mengandung zat-zat tambahan seperti hem, karbohidrat, lipid atau asam nukleat seperti glikoprotein dan berbagai jenis lipoprotein. Sebagian besar protein tubuh berbentuk globular atau elips dan dinamakan protein globular
B.     Tes metabolisme karbohidrat,
Dalam keadaan normal hati mampu memetabolisme dalam jumlah yang meningkat untuk glukosa, galaktosa, laktat atau asam piruvat secara konsisten. Percobaan membuktikan bahwa galaktosa toleransi tes baik digunakan untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan pada hati, tetapi  tes ini pada hewan tidak dilakukan secara meluas.

C.     Test Metabolisme lipida
Hati ikut serta dalam metabolisme, sintesa, mengesterkan dan megeksekresikan kolestrol. Penetapkan kadar kolestrol ester dalam plasma darah mempunyai mamfaat yang terbatas dalam pemeriksaan penyakit hati dan saluran empedu. Untuk mendiagnosa kerusakan sel-sel hati yaitu dengan ratio kolestrol ester dan kolestrol total serum.



3.      Tes berdasarkan aktivitas enzim dalam serum (transamilase, alkalin fostase, dan enzin-enzim lain). (Adji d,2009)

Penyakit hati akibat kebocoran sel

Kerusakan sel-sel hati dapat dideteksi dengan cara mengukur substansi-substansi dalam serum yang berasal dari sitoplasma sel hati (enzim dalam sitoplasma) dan substansi bocor kedalam cairan ekstraseluler.

1. Substansi dalam serum yang diukur biasanya adalah:
a. Glutamic-pyruvic transaminase (SGPT) atau alanine aminotransferase (ALT)
Glutamic-pyruvic transaminase (SGPT) atau alanine aminotransferase (ALT) ALT adalah enzim yang dibuat dalam sel hati (hepatosit), jadi lebih spesifik untuk penyakit hati dibandingkan dengan enzim lain. Biasanya peningkatan ALT terjadi bila ada kerusakan pada selaput sel hati. Setiap jenis peradangan hati dapat menyebabkan peningkatan pada ALT, misalnya pada kucing dan anjing bila kadar ALT meningkat maka bisa dipastikan bahwa hewan tersebut menderita nekrosis hati, sebab ALT pada sel-sel hati cukup tinggi. Oleh karena itu pemeriksaan ALT cukup memuaskan untuk mengetahui adanya kerusakan pada sel-sel hati.Enzim ini spesifik untuk deteksi penyakit hati pada anjing dan kucing, tetapi tidak mempunyai nilai spesifik untuk kuda dan sapi. Enzim ini secara normal terdapat dalam sitoplasma sel hati, akan tetapi enzim ini akan keluar ke cairan ekstiaseluler bila ada gangguan permeabilitas membran. Kebocoran membran terjadi karena adanya gradien konsenirasi yang tmggi antara Iingkungan intrasel tiler dan ekstrasel tiler.

b. Sorbitol dehydrogenase (SDH)
Enzim ini spesifik urituk deteksi penyakit hati (liver spesifik) pada hewan piaraan pada umumnya, akan tetapi biasanya dipakai untuk deteksi penyakit hati pada kuda dan sapi.  SDH akan keluar jika ada peningkatan permeabilitas sel membran, seperti halnya pada SGPT.



c. Glutamic-oxaloacetic transaminase (SGOT) atau aspartate aminotransferase (AST)
SGOT bukan merupakan enzim liver spesifik. karena enzim ini bisa berasal dari hati dan otot. SGOT hati biasanya secara normal terdapat dalam sitosol dan ada beberapa yang berasal dari mitokondria, oleh karena itu nilai SGOT biasanya iebih rendah dan SGPT atau SDH (perbandingan secara relatif), karena isi mitokondria biasanya tidak keluar meskipun permeabilitas membran plasma meningkat (lebili sulit keluar).
4.      AST (aspartat aminotransferase), atau dikenal dengan  SGOT (serum glutamic oksaloasetik transaminase)
AST (aspartat aminotransferase), atau dikenal dengan  SGOT (serum glutamic oksaloasetik transaminase)  adalah enzim mitokondria yang juga ditemukan dalam jantung, ginjal dan otak. Jadi tes ini kurang spesifik untuk penyakit hati karena banyak dijumpai pada hampirsemua jaringan tubuh. Pada anjing, kucing dan babi, bila terjadi peningkatan kadar AST maka dapat didiagnosa bahwa hewan-hewan tersebut menderita hepatik nekrosis, infark miokardial dan distrofi hati, sedangkan pada kuda dan sapi hepatik nekrosis, azoturia dan white muscle disease. Dalam beberapa kasus peradangan hati, peningkatan ALT dan AST akan serupa.

  1. Arginase 
Arginase sering dipakai untuk tes enzim yang spesifik terhadap nekrosis hati terutama pada kuda, babi dan domba. Bila terjadi peningkatan arginase pada anjing maka diagnosisnya adalah nekrosis hati, leptospirosis dan tumor pada hati.

6.      LDH (lactic acid dehydrogenase)
LDH (lactic acid dehydrogenase) adalah enzim liver non-spesifik yang dapat meningkat bila hati rusak. LDH terdapat pada berbagai jaringan hewan, enzim ini akan keluar bila terjadi kerusakan pada sel-sel hati, paru-paru, otot dan jantung. Konsentrasi LDH sangat tinggi dalam eritrosit dan bila terjadi hemolisis biasanya kadar LDH dalam serum meningkat. Aktivitas LDH dalam serum lebih besar pada anjing-anjing muda dibandingkan dengan anjing-anjing dewasa
5.      Biopsi Hati
Biopsi hati digunakan untuk memeriksa jaringan secara langsung dengan mengambil potongan kecil dan memeriksanya dengan mikroskop. suatu contoh jaringan hati bias diambil selama pembedahan eksplorasi, tetapi lebih sering diperoleh melalui sebuah jarum yang dimasukkan lewat kulit menuju ke hati. sebelum dilakukan prosedur ini, diberikan bius lokal kepada penderita.
Skening ultrasonik atau ct bisa digunakan untuk menentukan lokasi daerah yang abnormal, darimana contoh jaringan hati diambil. biasanya penderita yang menjalani prosedur ini tidak perlu menjalani rawat inap. setelah diperoleh contoh jaringan, penderita dianjurkan untuk tidak segera meninggalkan rumah sakit (minimal selama 3-4 jam), karena prosedur ini memiliki resiko terjadinya komplikasi seperti :
·         Hati bisa mengalami robekan dan bisa terjadi perdarahan ke dalam perut
·         Empedu bisa mengalami kebocoran ke dalam perut, menyebabkan peradangan selaput perut (peritonitis).

Adapun indikasi untuk biopsi hati yaitu :
  1. tumor ganas
  2. kecurigaan terhadap fibrosin hati jika tes fungsi hati normal
  3. penyakit hati yang tidak jelas
  4. penyakit-penyakit metabolik misalnya amiloidosin, lipidiosis dan penyakit penyimpangan glikogen
  5. keracunan logam berat seperti molibdenum dan selenium.

Setelah biopsi hati sering timbul nyeri ringan di perut kanan bagian atas, yang kadang menjalar ke bahu kanan, dan biasanya akan menghilang setelah pemberian analgesik (obat pereda nyeri).





6.      Uji undulasi pada hewan kecil
Uji undulasi dilakukan pada bagian abdomen dari hewan kecil untuk mendeteksi adanya cairan pada peritoneum. Uji undulasi dilakukan dengan cara menepuk dinding abdomen kiri dengan tangan kiri sementara telapak tangan kanan merasakan ada tidaknya undulasi pada dinding abdomen kanan. Jika terdapat cairan di peritoneum dalam jumlah yang besar, maka akan terasa pergerakan cairan pada dinding abdomen. Sejumlah kecil cairan pada peritoneum mungkin tidak akan terdeteksi dengan uji undulasi. ( Nugroho DT.2011)
Uji undulasi pada hewan kecil (Mayhew IGJ dan Houston DM. 2000)



DAFTAR PUSTAKA
Adji.D.2009.Perunbahan Fungsi Hepar Dan Ekspresi C Reactive Protein (CRP) Pasca Operasi Laparatomi.Yogyakarta.Fakultas Kedokteran Hewan ,Universitas Gajah Mada
Baron D.N.1982.Patologi Klinik.Edisi ke 4 EGC.Penerbit Buku Kedokteran .Jakarta
Retno,B,.Yuliani,M.G.A,.Wahjuni.R.S,.Utomo.B.R,.2010.Patologi Klinik Veteriner.Surabaya.Airlangga University Press
Mayhew IGJ dan Houston DM. 2000. Veterinary Clinical Examination and Diagnosis. Editor: Radostits OM. WB saunders

Nugroho.T.R.2011. Interpretasi Hasil Uji Kimia .htpp://pustakavet.wordpress/category/dianogstik-klinik



WRD Puskeswan Kandis gelar vaksinasi rabies

         Drh. Khairul Rizal sedang melaksanakan vaksinasi rabies pada HPR. SIAK (2019). World Rabies Day (WRD) merupakan hari rab...