TES FUNGSI HATI
Pendahuluan
Hati merupakan organ pusat metabolisme. Hal ini di dukung
oleh letak anatomisnya.Hati menerima pendarahan dari sirkulasi sistemik melalui
arteri hepatika dan menampung aliran darah dari sistem porta yang mengandung
zat makanan yang diabsorbsi oleh usus.Karena itu fungsi organ hati penting
diketahui dalam menilai kesehatan orang(Winkel P,1975;Pincus MR,2007).
Fungsi
Hati banyak jenisnya , mengenai metabolisme hampir semua zat makanan
yaitu,karbohidrat, protein, lipid,vitamin,mineral, dan
hormon.(LeeWM,2003;Dufour DR,2000)Fungsi hati dapat dibedakan dalam fungsi
sintesis(glikogenesis,albumin,faktor-faktorkoagulasi,fosfolipid,kolestrol,trigliserida,apolipoprotein,lipoprotein,enzim,lecithinecholestrolacyl
trasferase(LCAT),ekskresi (asam empedu,garam empedu,pigmen empedu dan
obat-obatan)detoksikasi(amoniak,bilirubin),penyimpanan(vitamin A,D,B12,mineral,
Fe dan Cu),filtrasi fagositosis (zat toksik dan bakteri oleh sel kuffer),dan
katbolisme (hormon estrogen ,obat-obatan).(Dufour DR,2000;Pincus MR,2007).
Oleh
karena banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi hati, maka sulit
getahui dan menetapkan besarnya jaringan hati yang sakit, apakah proses dalam
hati difus atau lokal sulit untuk ditentukan Sebagai contoh, suatu yang difus
meskipun kecil, akan menyebabkan depresi fungsi hati yang nvata dengan nekrosis
yang fal (focal necrosis). Jadi, dapat ditekankan bahwa. ada proses patologis
dalam hati, tetapi mungkin saja tidak ditemukan adanya dan hasil uji fungsi
hati.
Tes laboratorium sering kali digunakan
untuk memastikan diagnosis (bersama-sama dengan riwayat kesehatan dan pemeriksaan jasmani) serta untuk memantau penyakit dan
pengobatan. Banyak tes laboratorium
untuk mengukur kadar enzim. Ini karena bila jaringan rusak, sel mati dan enzim
dilepas ke dalam darah. Kadar enzim ini diukur, dan
tes ini sering kali disebut tes fungsi hati. Sistem organ yang serumit hati akan sering dinilai dengan menggunakan beberapa tes. Ini
karena lebih dari satu sistem dapat melepaskan
enzim yang sama bila jaringan rusak. Oleh karena itu, untuk menentukan
bagaimana hati bekerja, dan apa yang mungkin menyebabkan
masalah, ada beberapa tes yang mungkin dilakukan bersama dan
secara kolektif yang disebut “tes fungsi hati.”
Fungsi Hati
1.
Berperan dalam
pembentukan dan ekskresi empedu.
2.
Berperan pada
metabolisme mekronutrien ( kerbohidrat, protein, dan lemak)
3.
Menyimpan
vitamin dan mineral.Terutama vitamin yang larut dalam lemak (A,D,E,K) disimpan
di hati ,vitamin B 12,tembaga dan FE)
4.
Metabolisme
steroid (Hati mengaktifkan dan mensekresi aldosteron,glucocorticoid,estrogen,progesteron,
dan testosteron)
5.
Detoksikasi
Hepar mendetoksikasi banyak
produk metabolik serta obat dan toksin, sering sebelum di ekskresikan ke dalam
urin .Proses detoksikasi melibatkan perubahan kimia,dan/atau terutama dengan
asa glucornat, glisin, atau sulfat.(Baron DN.1982)
6.
Berfungsi
sebagai gudang darah dan filttrasi
Pada gagal
jantung, hati jadi membengkak secara pasif oleh karena banyaknya darah .
Sedangkan sel kuffer pada sinusoid berfungsi menyaring bakteri dan bahan
berbahaya lain dari darah portal melalui fagositsis.(Retno B.dkk.2010)
Pertimbangan
fungsi hati
Kurang
lebih 70-80% kapasitas fungsi hati dapat hilang sebelum timbul gejala-gejala
klinik atau laboratorik vang mengindikasikan adanya abnormalitas hati. Hati mempunyai
kemampuan tinggi untuk regenarasi dan mengembalikan fungsinya kearah semula.
maka gangguan fungsi hati baru akan imbul bila terjadi kerusakan hati yang
nebal. Uji biokimia serum yang digunakan untuk deteksi penvakil hail lebih
sering disebut dengan uji fungsi hati. akan tetapi sebenarnya yang diukur hanya
sebuah fungsi hati yang spesifik. Uji fungsi hati tidak dapat menggambarkan
keadaan seluruh organ. karena banyaknya fungsi hati dan uji fungsi hati sangat
dipengaruhi oleh berbagai macam keadaan patologis dari luar hati. Oleh karena
kemampuan regenerasi hati samat besar, maka interpretasi hasil uji fungsi hati
harus dilakukan dalam interval waktu yang pendek.
Klasifikasi
Tes Fungsi Hati
Secara umum,
tes fungsi hati bias membantu
mengevaluasi kesehatan hati dan mengindikasi kemungkinan
penyakit lain seperti malnutrisi ataupun
penyakit tulang. Pada
umumnya, tes fungsi hati termasuk
dalam kelompok tes darah yang
bertujuan untuk mengukur
enzim atau protein tertentu
dalam darah. Tes ini dapat membantu
mendeteksi, mengevaluasi, dan memonitor penyakit atau kerusakan hati. Peningkatan
atau penurunan kadar protein dan enzim tertentu dalam darah di luar kadar
normal mengindikasikan adanya masalah di hati.( Widjaja B.2014).
Tes yang
digunakan untuk mengukur kapasitas fungsi dari hati bergantung pada kombinasi
berbagai aktivitas enzimatik yang dipengaruhi oleh suplai intraselular dari
substrat,oksigen dan energi.Banyak faktor yang mungkin berubah secara
kualitatif dan kuantitatif tanpa disertai perubahan organ secara
histologis.(Coles,1986).
Berbagai test fungsi hati antara
lain :
1.
Tes berdasarkan sekresi
dan ekskresi (pigmen empedu,crearence dari substansi asing dari serum).
2.
Tes yang bergantung
dari fungsi biokimianya ( tes metabolisme protein, metabolisme karbohidrat,
metabolisme lipida) dan
3.
Tes berdasarkan
aktivitas enzim dalam serum (transamilase, alkalin fostase, dan enzin-enzim
lain). (Adji d,2009)
4.
Biopsi hati
Pembahasan
1.
Tes berdasarkan sekresi
dan ekskresi
A. Pigmen
empedu
Pigmen empedu yang terdapat dalam plasma adalah bilirubin.
Bilirubin merupakan komponen dari cairan pencernaan (empedu) yg dihasilkan oleh
hati. Senyawa ini adalah hasil penguraian sel darah merah oleh hati atau
perombakan dari hemoglobin. Kadar bilirubin dapat meningkat jika hati tidak
berfungsi atau ada kelebihan sel darah merah yang dihancurkan. Kadarnya juga
dapat meningkat jika ada sumbatan pada saluran yang mengalirkan cairan empedu
dari hati. Pada urin individu normal mengandung pigmen empedu yang disebut
dengan urobilinogen sedangkan didalam feses disebut dengan stercobilinogen. Tes
air seni atau feses terhadap urobilinogen dan stercobilin dapat bermanfaat
untuk menentukan apakah gejala yang dirasakan berhubungan dengan penghancuran
sel darah merah, penyakit hati atau saluran yang tersumbat.
Didalam peredaran pigmen empedu pada sirkulasi darah
terdapat pigmen empedu yang bersifat tidak larut dalam air karena pigmen ini
masih terikat dengan protein plasma yang disebut dengan bilirubin
non konyugasi atau bilirubin
bebas, sedangkan pigmen
empedu yang terikat dengan protein plasma disebut dengan bilirubin
konyugasi.
Pada hewan normal peredaran pigmen empedu atau Bilirubin
dalam sirkulasi enterohepatik, urobilinogen didalam urin dan stercobilin dalam
feses akan berwarna kekuning-kuningan, ini disebabkan karena tidak adanya
peningkatan dari bilirubin.
B.
Crearence dari
substansi asing dari serum
Pemberian
zat warna kedalam tubuh hewan dapat dilakukan untuk melihat adanya gangguan
pada hati. Zat warna tersebut diinjeksikan kedalam tubuh hewan lalu darahnya
diambil dan diukur kadar zat warna tersebut dalam darah pada interval tertentu,
mangkin lama zat warna tersebut hilang atau berkurang dari darah menunjukan
adanya nekrosis hepatic atau fibrosin hepatic. Ini disebabkan karena berkurangnya parenkim hati, aliran
darah dalam hati atau kedua-duanya.
Tes
clearence zat warna yang sering dipakai dibidang kedokteran hewan antara lain
yaitu :
·
BSP
(Bromsulphalein)
Tes clearance BSP atau Sulfobromophthalein sering
digunakan untuk indeks fungsi hati pada hewan piaraan. Jika disuntik melalui
intra vena zat warna ini cepat diserap oleh sel-sel hati dan dipekatkan untuk
disekresikan kedalam empedu. Pada anjing normal retensi BSPnya 5-10 % dalam
waktu 30 menit. Apabila retensi lebih lama maka akan dijumpai penyakit hati
misalnya hepatik lipidosis, periportal fibrosis, fokal hepatis, hepatitis
infeksius, DM, leukemia, ulcerativ duodenitis, gastroenteritis, enteritis
hemoragi karena koksidia, berkurangnya aliran darah ke hati akibat dekompensasi
jantung, dehidrasi dan shock.Tes zat warna tersebut diatas tidak baik dipakai jika ada
ikterus yang disertai kadar bilirubin yang tinggi karena zat-zat tersebut
berkompetisi dengan bilirubin .
2.
Tes yang bergantung
dari fungsi biokimianya
A.
Tes metabolisme protein,
Protein plasma merupakan bagian utama zat plasma campuran
yang sangat kompleks, tidak hanya terdiri dari protein sederhana (polipetida)
tetapi juga untuk protein campuran, yang mengandung zat-zat tambahan seperti
hem, karbohidrat, lipid atau asam nukleat seperti glikoprotein dan berbagai
jenis lipoprotein. Sebagian besar protein tubuh berbentuk globular atau elips
dan dinamakan protein globular
B.
Tes metabolisme
karbohidrat,
Dalam keadaan normal hati mampu memetabolisme dalam
jumlah yang meningkat untuk glukosa, galaktosa, laktat atau asam piruvat secara
konsisten. Percobaan membuktikan bahwa galaktosa toleransi tes baik digunakan
untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan pada hati, tetapi tes ini pada hewan tidak dilakukan secara
meluas.
C.
Test Metabolisme lipida
Hati ikut serta dalam metabolisme, sintesa, mengesterkan
dan megeksekresikan kolestrol. Penetapkan kadar kolestrol ester dalam plasma
darah mempunyai mamfaat yang terbatas dalam pemeriksaan penyakit hati dan
saluran empedu. Untuk mendiagnosa kerusakan sel-sel hati yaitu dengan ratio
kolestrol ester dan kolestrol total serum.
3.
Tes berdasarkan
aktivitas enzim dalam serum (transamilase, alkalin fostase, dan enzin-enzim
lain). (Adji d,2009)
Penyakit hati akibat kebocoran
sel
Kerusakan sel-sel hati dapat
dideteksi dengan cara mengukur substansi-substansi dalam serum yang berasal
dari sitoplasma sel hati (enzim dalam sitoplasma) dan substansi bocor kedalam
cairan ekstraseluler.
1. Substansi dalam
serum yang diukur biasanya adalah:
a. Glutamic-pyruvic
transaminase (SGPT) atau alanine aminotransferase (ALT)
Glutamic-pyruvic
transaminase (SGPT) atau alanine aminotransferase (ALT) ALT adalah enzim yang dibuat dalam sel hati (hepatosit),
jadi lebih spesifik untuk penyakit hati dibandingkan dengan enzim lain.
Biasanya peningkatan ALT terjadi bila ada kerusakan pada selaput sel hati.
Setiap jenis peradangan hati dapat menyebabkan peningkatan pada ALT, misalnya
pada kucing dan anjing bila kadar ALT meningkat maka bisa dipastikan bahwa
hewan tersebut menderita nekrosis hati, sebab ALT pada sel-sel hati cukup
tinggi. Oleh karena itu pemeriksaan ALT cukup memuaskan untuk mengetahui adanya
kerusakan pada sel-sel hati.Enzim ini spesifik
untuk deteksi penyakit hati pada anjing dan kucing, tetapi tidak mempunyai
nilai spesifik untuk kuda dan sapi. Enzim ini secara normal terdapat dalam
sitoplasma sel hati, akan tetapi enzim ini akan keluar ke cairan ekstiaseluler
bila ada gangguan permeabilitas membran. Kebocoran membran terjadi karena
adanya gradien konsenirasi yang tmggi antara Iingkungan intrasel tiler dan
ekstrasel tiler.
b. Sorbitol
dehydrogenase (SDH)
Enzim
ini spesifik urituk deteksi penyakit hati (liver spesifik) pada hewan piaraan
pada umumnya, akan tetapi biasanya dipakai untuk deteksi penyakit hati pada
kuda dan sapi. SDH akan keluar jika ada
peningkatan permeabilitas sel membran, seperti halnya pada SGPT.
c.
Glutamic-oxaloacetic transaminase (SGOT) atau aspartate aminotransferase (AST)
SGOT
bukan merupakan enzim liver spesifik. karena enzim ini bisa berasal dari hati
dan otot. SGOT hati biasanya secara normal terdapat dalam sitosol dan ada
beberapa yang berasal dari mitokondria, oleh karena itu nilai SGOT biasanya
iebih rendah dan SGPT atau SDH (perbandingan secara relatif), karena isi
mitokondria biasanya tidak keluar meskipun permeabilitas membran plasma
meningkat (lebili sulit keluar).
4. AST (aspartat aminotransferase), atau dikenal dengan SGOT (serum glutamic oksaloasetik
transaminase)
AST (aspartat
aminotransferase), atau dikenal dengan
SGOT (serum glutamic oksaloasetik transaminase) adalah enzim mitokondria yang juga ditemukan
dalam jantung, ginjal dan otak. Jadi tes ini kurang spesifik untuk penyakit
hati karena banyak dijumpai pada hampirsemua jaringan tubuh. Pada anjing, kucing
dan babi, bila terjadi peningkatan kadar AST maka dapat didiagnosa bahwa
hewan-hewan tersebut menderita hepatik nekrosis, infark miokardial dan distrofi
hati, sedangkan pada kuda dan sapi hepatik nekrosis, azoturia dan white muscle
disease. Dalam beberapa kasus peradangan hati, peningkatan ALT dan AST akan
serupa.
- Arginase
Arginase sering
dipakai untuk tes enzim yang spesifik terhadap nekrosis hati terutama pada
kuda, babi dan domba. Bila terjadi peningkatan arginase pada anjing maka
diagnosisnya adalah nekrosis hati, leptospirosis dan tumor pada hati.
6.
LDH
(lactic acid dehydrogenase)
LDH (lactic acid dehydrogenase) adalah enzim liver
non-spesifik yang dapat meningkat bila hati rusak. LDH terdapat pada berbagai
jaringan hewan, enzim ini akan keluar bila terjadi kerusakan pada sel-sel hati,
paru-paru, otot dan jantung. Konsentrasi LDH sangat tinggi dalam eritrosit dan
bila terjadi hemolisis biasanya kadar LDH dalam serum meningkat. Aktivitas LDH
dalam serum lebih besar pada anjing-anjing muda dibandingkan dengan
anjing-anjing dewasa
5.
Biopsi Hati
Biopsi hati digunakan untuk memeriksa jaringan secara
langsung dengan mengambil potongan kecil dan memeriksanya dengan mikroskop.
suatu contoh jaringan hati bias diambil selama pembedahan eksplorasi, tetapi lebih
sering diperoleh melalui sebuah jarum yang dimasukkan lewat kulit menuju ke
hati. sebelum dilakukan prosedur ini, diberikan bius lokal kepada penderita.
Skening ultrasonik atau ct bisa digunakan untuk
menentukan lokasi daerah yang abnormal, darimana contoh jaringan hati diambil.
biasanya penderita yang menjalani prosedur ini tidak perlu menjalani rawat
inap. setelah diperoleh contoh jaringan, penderita dianjurkan untuk tidak
segera meninggalkan rumah sakit (minimal selama 3-4 jam), karena prosedur ini memiliki
resiko terjadinya komplikasi seperti :
·
Hati
bisa mengalami robekan dan bisa terjadi perdarahan ke dalam perut
·
Empedu
bisa mengalami kebocoran ke dalam perut, menyebabkan peradangan selaput perut
(peritonitis).
Adapun indikasi untuk biopsi hati yaitu :
- tumor ganas
- kecurigaan terhadap fibrosin hati jika tes fungsi hati normal
- penyakit hati yang tidak jelas
- penyakit-penyakit metabolik misalnya amiloidosin, lipidiosis dan penyakit penyimpangan glikogen
- keracunan logam berat seperti molibdenum dan selenium.
Setelah biopsi hati sering timbul nyeri ringan di perut
kanan bagian atas, yang kadang menjalar ke bahu kanan, dan biasanya akan
menghilang setelah pemberian analgesik (obat pereda nyeri).
6. Uji
undulasi pada hewan kecil
Uji
undulasi dilakukan pada bagian abdomen dari hewan kecil untuk mendeteksi adanya
cairan pada peritoneum. Uji undulasi dilakukan dengan cara
menepuk dinding abdomen kiri dengan tangan kiri sementara telapak tangan kanan
merasakan ada tidaknya undulasi pada dinding abdomen kanan. Jika terdapat
cairan di peritoneum dalam jumlah yang besar,
maka akan terasa pergerakan cairan pada dinding abdomen. Sejumlah kecil cairan
pada peritoneum mungkin tidak akan terdeteksi dengan uji undulasi. ( Nugroho
DT.2011)
Uji undulasi pada hewan kecil
(Mayhew IGJ dan Houston DM. 2000)
DAFTAR PUSTAKA
Adji.D.2009.Perunbahan Fungsi Hepar
Dan Ekspresi C Reactive Protein (CRP) Pasca Operasi
Laparatomi.Yogyakarta.Fakultas Kedokteran Hewan ,Universitas Gajah Mada
Baron
D.N.1982.Patologi Klinik.Edisi ke 4 EGC.Penerbit Buku Kedokteran .Jakarta
Retno,B,.Yuliani,M.G.A,.Wahjuni.R.S,.Utomo.B.R,.2010.Patologi
Klinik Veteriner.Surabaya.Airlangga University Press
Mayhew IGJ dan Houston
DM. 2000. Veterinary Clinical Examination and
Diagnosis. Editor: Radostits OM. WB saunders