Kamis, 31 Juli 2014

Dipylidium caninum( cacing castoda pada anjing)


 Dipylidium caninum( cacing castoda pada anjing)

PENDAHULUAN
Dipylidium caninum ,juga disebut cacing pita atau double-pore dog tapew organismeorm adalah cestoda yang menginfeksi anjing,kucing, dan pemilik hewan peliharaan.( Anonimous.2014). Cacing ini juga terdapat pada manusia , terutama anak-anak,pada tahun 1962 sejumlah 32 kasus pada manusia dilaporkan di AS. Dipylidium caninum terdapat pada usus halus.(Levine.1994.)Dipylidium caninum adalah parasit di seluruh dunia dari anjing dan kucing yang membutuhkan hospes perantara untuk berkembang. Oleh karena itu jangkauan tergantung pada ketersediaan kedua hospes tersebut, serta kemampuan untuk bertahan hidup di luar hospes sampai tertelan oleh pinjal. (Roberts dan Janovy, 1996)

TAKSONOMI
Kingdom                     : Animalia
Phylum                        : Platythelminthes
 Class                           : Cestoda
Order                           : Cyclophyllidea
Family                         : Dipylidiidae
Genus                          : Dipylidium
Species                        : D. caninum
Binomial name            :Dipylidium caninum .( Anonimous.2014).
MORFOLOGI
Cappel dkk.,1990;Roberts dan Janovy, 1996 mengatakan Caninum dipylidium adalah cacing pipih panjang sekitar 40 sampai 50 cm.Menurut Sutanto dkk.Panjang cacing ini sekitar 25 cm.Sedangkan menurut  Natadisastra,dkk.2009, cacing dewasa berukuran kurang lebih 15-17 cm,memiliki  60-175 proglotid. Skolek berbentuk belah ketupat dengan 4 batil hisap lonjong dan menonjol,serta sebuah rostellum seperti kerucut refraktil yang dilengkapi 30-150 kait tersusun menurut garis transversal.Proglotid gravid berukuran 12x3 mm,dipenuhi telur yang bermembran , setiap kapsul berisi 8-20 butir telur. Proglotid hamil ini dapat aktif keluar anus atau keluar bersama tinja satu persatu atau berkelompok 2-3 proglotid.Telur mengandung embrio yang tidak tahan terhadap kekeringan. Didalam hospes perantara, oncospher akan berkembang menjadi larva cysticercoid yang berekor.Manusia tertular secara kebetulan jika tertelan kutu kucing atau anjing yang mengandung larva.


SIKUS HIDUP

Proglottids gravid dilewatkan utuh dalam tinja atau muncul dari daerah perianal dari hospes (1). Selanjutnya mereka menjadi paket telur khas(2) . Pada kesempatan langka, proglotid pecah dan paket telur terlihat pada sampel tinja . Setelah menelan telur oleh antara host ( tahap larva dari anjing atau kucing (Ctenocephalides spp . ) , Sebuah oncosphere dilepaskan ke usus kutu itu . Oncosphere menembus dinding usus , menyerang hemocoel serangga ( rongga tubuh) , dan berkembang menjadi larva cysticercoid(3) . Larva berkembang menjadi dewasa , dan kutu yang  terdapat cysticercoid infektif (4). Vertebrata inang terinfeksi dengan menelan kutu dewasa yang mengandung cysticercoid tersebut(5).Anjing adalah hospes definitif utama untuk Dipylidium caninum . Host potensial lainnya termasuk kucing , rubah , dan manusia ( kebanyakan anak-anak )(6)(7) . Manusia mendapatkan infeksi dengan menelan kutu yang terkontaminasi cysticercoid . Dalam usus halusdari vertebrata inang cysticercoid berkembang menjadi cacing pita dewasa yang mencapai kematangan sekitar 1 bulan setelah infeksi(8) . Cacing pita dewasa   (berukuran panjang  sampai 60 cm  dan 3 mm lebar ) berada di usus hlus l dari hospes. Mereka menghasilkan proglotid ( atau segmen ) yang memiliki dua pori-pori genital ( maka nama " double- berpori " cacing pita ) . proglotid matang , menjadi gravid , melepaskan diri dari cacing pita , dan bermigrasi ke anus atau lulus dalam tinja(1).(Anonimos.2014)

PATOGENESA
Selain menyebabkan rasa gatal di daerah anus karena keluarnya proglotid serta rangsangan yang timbul oleh melekatnya proglotid tersebut. Rasa gatal tersebut akan menyebabkan penderita menggosok gosokan bagian rektalnya di tanah. Penderita dengan infeksi berat memperlihatkan gejala nafsu makan menurun dan berat badan yang menurun (Soedarto.2007)

GEJALA KLINIS
Pada infeki ringan umunya tidak menimbulkan gejala klinik, sedangkan pada infeksi berat atau yang terjadi pada anak-anak dapat meimbulkan diare.( Natadisastra,dkk.2009). Infeksi D. caninum sering tanpa gejala pada manusia , meskipun ada beberapa laporan dari sakit perut , diare, iritasi , dan gatal-gatal anal ( Reddy , 1982) . Tidak ada diskusi tentang patogenisitas pada anjing atau kucing host , namun Chappell menyatakan bahwa infeksi pada manusia biasanya terbatas pada satu worm . Jika hal yang sama berlaku untuk anjing dan kucing , maka efek infestasi harus serupa. Laporan lain menunjukkan bukti sebaliknya , bahwa sampai 25 % dari infeksi melibatkan beberapa cacing dalam kasus manusia , meskipun ada perbedaan dalam patogenisitas disebutkan . ( Currier 1973)

Hampir semua infeksi pada manusia ditemukan pada anak-anak , bahkan bayi ( Reid et . Al , 1992) . Penyebab yang paling mungkin dari pola infeksi adalah kedekatan dan durasi bermain antara anak-anak dan anjing atau hewan peliharaan kucing . Perilaku yang khususnya menguntungkan dari sudut pandang cacing pita pandang adalah mulut ke mulut kontak antara manusia dan hewan , karena kutu baru menggigit masih bisa berada di mulut hewan peliharaan dan kemudian diteruskan ke manusia . Seorang dokter dari Delaware menyarankan bahwa " kebiasaan gigi taring ciuman tidak harus didorong " . ( Reddy 1982) ( Currier , et al , 1973; . Reddy , 1982; . Reid , et al , 1992)
DIANOGSA
            Ditegakkan dengan menemukan proglotid atau kelompok telur di daerah perineal atau di dalam tinja. .( Natadisastra,dkk.2009)
TERAPI
A.    Obat
Pengobatan pada hewan karnivora biasanya bisa diberikan sediaan
Bunamidin
Arekolin
Niklosomid

B.     Herbal
Buah pinang muda
Cara pembuatannya:
1.     Buah pinang muda dibersihkan.
2.    Ambil air atau cairan buah pinang muda tadi.
3.    Atau buatlah buah pinang menjadi tepung. Jadi, baik cairan atau tepung dari buahnya dapat dijadikan obat penyakit cacingan pada ternak.

PREVENTIF
Selain mengobati penderita , menghindarkan anak bermain dengan kucing atau anjing serta membasmi kutu binatang tersebut, .( Natadisastra,dkk.2009). Pemberian pengobatan untuk membasmi cacing pita ajing D.caninum dari anjing dan kucing peliharaanSekaligus pula pemberian obat membasmi kutu Ctenocephalides cania dari bulunya.

KERUGIAN
Infeksi cacing Dipylidium caninum yang dapat menyebabkan penurunan berat badan pada hewan peliharaan.


Penulis
Khairul Rizal, DVM
Medik Veteriner


DAFTAR PUSTAKA

Chappell, C., J. Enos, H. Penn. 1990. Dipylidium caninum, an underrecognized infection in infants and children. Pediatric Infectious Disease Journal, 9(10): 745-7.
Currier, R., G. Kinzer, E. DeShields. 1973. Dipylidium caninum infection in a 14-month-old child. Southern Medical Journal, 66(9): 1060-2.
Levine.1994.Parasitologi Veteriner.Gajah Mada University Press.
 Natadisastra,D dan Ridad, A. 2009. Parasitologi kedokteran ditinjua dari organ tubuh yang diserang. Jakarta: ECG
Reddy, S. 1982. Infestation of a Five-Month-Old Infant with Dipylidium Caninum. Delaware Medical Journal, 54(8): 455-6.
Reid, C., F. Perry, N. Evans. 1992. Dipylidium caninum in an infant. European Journal of Pediatrics, 151(7): 502-3.
Roberts, L., J. Janovy. 1996. Foundations of Parasitology 6th edition. USA: McGraw-Hill.
Soedarto.2007.Sinopsis Kedokteran Tropis.Airlangga University Press.75-76.
Sutanto,I,.Ismid.I.S,Sjarifuddin.P.K,Sungkar.S.2008. Parasitologi Kedokteran Jakarta: ECG










Tidak ada komentar:

WRD Puskeswan Kandis gelar vaksinasi rabies

         Drh. Khairul Rizal sedang melaksanakan vaksinasi rabies pada HPR. SIAK (2019). World Rabies Day (WRD) merupakan hari rab...